Senin, 22 Desember 2025

Pemerintah Diminta Bangun Industri Kantong Darah

- Rabu, 3 Agustus 2022 | 21:17 WIB

RBG.ID, BEKASI - Selama puluhan tahun, Indonesia ternyata masih ketergantungan kantong darah impor dari berbagai negara. Setidaknya, ada lima juta setiap tahun untuk kebutuhan darah di Tanah Air.

Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang membuat biaya pengolahan darah menjadi tinggi di Indonesia.

Anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka mengatakan, persoalan ketersediaan kantong darah tidak pernah menjadi pembahasan serius, baik di tingkat daerah maupun pusat. Padahal, kebutuhan kantong darah terbilang mendesak, seperti pada awal pandemi Covid-19 lalu.

"Karena darah ini adalah persoalan kemanusiaan, sehingga tidak boleh diperjualbelikan. Namun akibat kantong darah masih impor dari luar negeri, maka untuk kebutuhan medis di Indonesia, tergolong mahal. Info dari Palang Merah Indonesia ((PMI) Kabupaten Bekasi, satu kantong darah kurang lebih harganya kisaran Rp 100 ribu," beber wanita yang akrab disapa Oneng ini usai mengunjungi Kantor PMI Kabupaten Bekasi, Senin (1/8).

Menurutnya, ketergantungan terhadap kantong darah impor, dapat membuat ketersediaan darah di Tanah Air tidak stabil. Tatkala negara yang mengirim produk tengah dilanda bencana, maka akan berdampak terhadap berbagai rumah sakit di Indonesia.

"Saat ini Indonesia masih bergantung terhadap impor kantong darah. Misalnya pada saat terjadi sesuatu pada negara eksportir, seperti bencana, akan berimbas terhadap ketersediaan darah untuk kebutuhan medis di Tanah Air," terang kader PDI Perjuangan ini.

Rieke mendesak pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), untuk mengkaji secara mendalam terkait teknologi dan inovasi pembangunan industri nasional kantong darah, dan fraksionasi plasma darah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X