Ia mengatakan, peran TNI yang terbagi menjadi 23 sektor di sepanjang Sungai Citarum menjadi faktor penting dalam pencapaian peningkatan kualitas air Citarum. TNI bahu membahu bersama masyarakat, komunitas serta aparat.
“Walaupun begitu, kita memahami masih terdapat banyak hal yang belum memenuhi harapan semua pihak dan masih harus ditingkatkan,” ujarnya.
Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Mochamad Saleh Nugrahadi menilai, keberhasilan Satgas Citarum Harum sangat luar biasa. Konsep pentahelix yang melibatkan 5 unsur dan TNI dinilai telah hasil.
Saleh menceritakan sempat tinggal di Jepang pada tahun 2001-2004 dan sering melewati sungai-sungai di sana. Ia kagum karena tidak pernah melihat sampah, airnya jernih, bahkan ikannya juga banyak.
Keberhasilan Jepang, kata dia, disebabkan menerapkan konsep pentahelix. Di mana pada tahun 2000-an, industri di Negeri Sakura tersebut sedang maju-majunya.
Ia menyebut, aktivitas industri berpengaruh besar terhadap lingkungan. Sehingga, mereka melibatkan semua stakeholder dalam penanganan sungai.
“Butuh 30 tahun sungai di Jepang bisa seperti itu. Kita ini baru 4 tahun tapi sudah cemar ringan. Yang asalnya sungai terkotor di dunia. Sudah keren banget. Sangat keren. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat,” terangnya.
Ketua Harian Satgas Citarum Harum, Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi Thamim mengatakan, Jampe ini merupakan satu rangkaian evaluasi kegiatan Satgas Citarum Harum.