Menurutnya, dengan kekurangan suplai komoditi pangan, secara otomatis harga akan berubah. Perubahan harga ini, mengakibatkan beberapa kelompok besar tidak kuat. Apalagi, baru-baru ini kondisinya usai pandemi Covid-19.
"Baru saja pulih dari pandemi, sudah dihajar seperti ini. Akhirnya mereka atau perusahaan pada hangout atau menyerah, karena permintaan kurang. Maka, secara otomatis banyak pabrikan yang ada di Indonesia tidak bisa teraduk oleh mereka. Karena, pasarnya tidak ada," imbuhnya.
Apabila pasarnya tidak ada, masih kata Heri Gunawan, tentunya pabrik atau perusahaan-perusahaan akan mengurangi produksinya. Makanya salah satu cara yang paling efektif dan cepat adalah mem-PHK karyawannya.
"Iya, mungkin saran kami kepada para pabrikan yang pangsa pasarnya luar negeri, seharusnya bisa membidik juga pasar dalam negeri. Kalau itu bisa masuk, kenapa tidak. Ini mesti dilakukan supaya keberlangsungan perusahaan dengan adanya diversifikasi itu bisa berjalan dengan baik," paparnya.
Baca Juga: SP TSK SPSI Sebut APINDO Terlalu Mendramatisir Isu PHK Ribuan Buruh di Sukabumi
Pihaknya berharap kondisi ini, tidak terlalu lama terjadi dan diprediksi sampai 2023. Namun, meski demikian pihaknya berasumsi bahwa tahun 2023 nanti merupakan momen pemilu dan mayoritas atau biasanya di momen pemilu tersebut, akan terjadi peredaran uang yang cukup banyak.
"Iya, di momen pemilu itu bisa disebut tanda kutip uang ini akan beredar banyak. Kalau uang beredar banyak harapan kami ini bisa mendorong konsumsi masyarakat. Dengan konsumsi masyarakat itu, diharapkan dapat berkembang perekonomiannya," pungkasnya. (Den).