"Kalau masalah pergerakan tanah sekarang sudah aman ya, karena kan saluran air dari atas sampai bawah sudah diperbaiki, dulu itu kan karena gak ada saluran air, tapi sekarang alhamdulillah sudah dibikin, jadi aman sampai saat ini," jelasnya.
"Cuman yang dipermasalahkan itu warga belum bisa kembali karena rumah mereka itu rusak. Apalagi yang rusak parah ada sekitar 6 unit, yang retak-retak banyak, sementara yang ditinggalkan itu sekitar 6 rumah," imbuhnya.
Adapun para korban yang meninggalkan ataupun mengosongkan rumah, kata Bayu memilih mengontrak saat ini yang tidak jauh dari lokasi rumahnya masing masing.
"Mereka ngontrak, ada yang nempel di warung-warung, sekarang hampir setahun, intinya bingung gimana caranya untuk bisa memperbaiki rumah kembali, sedangkan bantuan itu tidak ada sama sekali, khususnya berupa untuk membangun," terangnya.
Para korban berharap, ada perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi untuk perbaikan rumah mereka, karena untuk memperbaiki sendiri masih belum mampu.
"Selaku ketua RT mohon mereka dibantu sebisa mungkin, apa saja, supaya mereka bisa kembali lagi ke rumah masing-masing, jangan sampai terlantar, kalau ngontrak kan mereka itu Rp500 sampai Rp600 ribu per bulan, tahu sendiri lah ekonomi sekarang, ditambah kenaikan BBM," bebernya.
"Kalau masalah bansos itu dulu Alhamdulillah ada tiga kali, sembako ada, cuman untuk bantuan perbaikan rumah sampai sekarang gak ada," tandasnya. (Cr2).