"Iya, jika tidak segera ada penanganan. Maka dapat dipastikan puluhan hektare lahan persawahan warga terancam gagal panen. Apalagi, nanti jelang musim kemarau, air irigasi itu sangat dibutuhkan para petani untuk mengairi lahan persawahan," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Bojongsawah, Mahmud Faisal mengatakan, setelah mengetahui kejadian tersebut, pemerintah Desa Bojongsawah langsung meninjau ke lokasi bendungan yang rusak diterjang banjir bandang itu.
Untuk mengantisipasi ancaman gagal panen, pemerintah Desa Bojongsawah bersama warga setempat, khususnya para petani telah melakukan penanganan sementara dengan gotong royong.
"Kami bersama warga, khususnya para kelompok tani bergotong royong melakukan perbaikan walaupun itu, sifatnya hanya sementara," jelasnya.
Bukan hanya itu, pemerintah Desa Bojongsawah, Kecamatan Kebonpedes juga sudah berupaya mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi terkait rusaknya lima bendungan jebol akibat bencana alam.
"Kami sudah menyampaikan informasi dan permohonan penanganan bencana kepada BPBD untuk ditindaklanjuti. Karena pasca jebolnya tanggul bendungan yang berada di wilayah desa kami, telah membuat khawatiran para petani," imbuhnya.
Keberadaan lima bendungan yang ambruk diterjang bencana alam itu, sangat vital untuk akses perairan lahan persawahan warga di Desa Bojongsawah, Kecamatan Kebonpedes. Terlebih lagi, lima bendungan rusak yang berada disepanjang sungai Cimuncang itu, untuk mengirim sedikitnya 100 hektare lahan persawahan warga di Desa Bojongsawah.
"Akibat bendungan jebol itu, lahan sawah di wilayah kedusunan 4 dan kedusunan 1 dengan total hampir 100 hektar lebih tidak bisa terairi. Iya, dampaknya hasil produksi petani terutama padi menurun drastis dan menimbulkan krisisnya ketahanan pangan di wilayah Desa Bojongsawah," pungkasnya. (Den)