Selain itu, pihaknya menyarankan kepada para kelompok tani untuk memperhatikan sanitasi lingkungan. Karena, menurutnya keberadaan sanitasi sangat mempengaruhi pada kelembaban tanah yang akan terjaga dan lainnya. Sehingga diyakini dapat meminimalisir serangan antraknosa ke tanaman sehat lainnya.
"Bukan hanya itu, cara tanam juga perlu diperhatikan untuk meminimalisir terjadinya penyebaran serangan penyakit itu," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Forum Kelompok Tani Sukabumi Utara, Dedi Suryadi mengatakan, ia mewakili para petani sayuran mengucapkan terima kasih atas atensi dan ketersedian tim dari Ditjen Hortikultura datang ke wilayahnya.
"Tentunya ini, merupakan bagian dari pada komitmen dan kepedulian pemerintah. Bahwa mereka hadir dalam persoalan yang dialami oleh para petani," paparnya.
Sebab itu, Forum Kelompok Tani Sukabumi Utara berharap dengan adanya kunjungan dari tim Ditjen Hortikultura ada tindak lanjut yang lebih serius dan sungguh-sungguh. Sehingga dapat menangani penyakit patek yang ada di wilayah Sukabumi Utara.
Sewaktu tim Ditjen Hortikultura melakukan survey ke lokasi Lahan Blok Suaga, Kampung Cisarua, Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja. Salah satu petani yang diketahui bernama Agan (45) dari Kelompok Tani Bina Terbuka telah menyatakan dari lahan seluas enam hektare tanaman cabai, terdapat 1,5 hektare tanaman cabai yang terkena serangan antraknosa itu.
"Kunjungan tim dari Ditjen Hortikultura ini, merupakan kunjungan awal. Selanjutnya akan dilakukan monitoring oleh POPT dan Instalasi PPOPT Cianjur terkait pengendalian OPT cabai di wilayah Kabupaten Sukabumi," pungkasnya. (Den)