Buya Yahya Menjawab: Bolehkah Puasa Sunnah Senin Kamis Setelah Masuk Nisfu Syaban?

RBG.ID - Puasa Senin Kamis merupakan amalan sunnah yang banyak digemari oleh umat Islam. Lalu, bagaimana hukumnya berpuasa Senin Kamis setelah Nisfu Syaban?

Sebagaimana yang diketahui, Nisfu Syaban merupakan salah satu bulan yang diagungkan dalam Islam. Orang pun berbondong-bondong untuk memperbanyak ibadah, termasuk puasa Senin Kamis.

Akan tetapi, apakah boleh seseorang melaksanakan puasa sunnah Senin Kamis setelah Nisfu Syaban? Bagaimana hukumnya?

Baca Juga: Benarkah Mengupil Dapat Membatalkan Puasa Ramadhan? Ini Penjelasan dari Buya Yahya

Baca artikel ini sampai tuntas, karena kami akan menjabarkan penjelasan dari Buya Yahya mengenai hukum melaksanakan puasa sunnah Senin Kamis setelah Nisfu Syaban.

Dalam video yang berjudul "Adakah Larangan Puasa Setelah Nisfu Syaban?" dari kanal Youtube Buya Yahya yang diunggah pada 8 April 2020, Buya Yahya menjelaskan sebagian besar jumhur ulama mengatakan haram untuk berpuasa setelah Nisfu Syaban.

"Kalau orang sudah memasuki Nisfu Syaban tapi dia tidak memiliki kebiasaan, maka jangan berpuasa," terang Buya Yahya.

Baca Juga: 3 Tips dari Dokter Tirta Buat Kamu yang Mau Puasa Ramadhan Tapi Punya Penyakit Asam Lambung

Buya Yahya menjelaskan berdasarkan mazhab Imam Syafi'i, seseorang masih diperbolehkan untuk puasa sunnah Senin Kamis dengan catatan memiliki kebiasaan sebelumnya.

Ulama ternama itu juga menegaskan, terkecuali bagi orang-orang yang ingin membayar hutang puasanya. Maka diperbolehkan untuk berpuasa di hari setelah Nisfu Syaban.

Adapun orang-orang yang tidak memiliki urgensi untuk melakukan hal tersebut, seperti melanjutkan kebiasaan puasa sunnah Senin Kamis sebelumnya, maka diharamkan baginya puasa setelah Nisfu Syaban.

Baca Juga: Jelang Ramadhan dan Mudik 2025, Presiden Prabowo Pastikan Diskon Tarif Tol dan Tiket Pesawat Saat Lebaran

Walau begitu, kita masih dapat mengamalkan ibadah lain, seperti memperbanyak doa, istighfar, bershalawat, dan membaca Al-Qur'an.

Karena puasa bukan menjadi satu-satunya ibadah yang bisa dilakukan.***