RBG.ID – Belum pulih dari keterpurukan karena harga bawang merah yang masih rendah, petani bawang merah di Brebes, Nganjuk, dan Kulonprogo tengah menghadapi hama gurem.
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University menerjunkan tim ahli Klinik Tanaman pada Rabu (11/10) hingga Jumat (13/10) ke Brebes dan Tegal, Jawa Tengah untuk merespon masalah yang dialami petani.
Investigasi lapangan tim ahli Klinik Tanaman IPB University ini akan dilanjutkan ke sentra bawang merah seperti Nganjuk dan sekitarnya pada minggu berikutnya.
Baca Juga: Mahasiswa IPB Raih Medali Perak dalam Siclus 2023, Usung Inovasi Net Zero Emission
Hama gurem yang baru pertama kali dikeluhkan petani pada musim tanam ini diperkirakan menyebabkan kerugian lebih dari 60 persen jika menyerang bawang merah yang baru berumur 35 hari.
Bahkan, serangan hama guren itu bisa merugikan hingga 100 persen bila terjadi lebih awal pada umur bawang merah 25 hari.
Kepala Klinik Tanaman IPB University, Bonjok Istiaji SP, MSi menjelaskan, hasil temuan tim di lapangan menunjukkan bahwa yang dimaksud gurem atau mreki kemungkinan adalah serangga thrips.
Baca Juga: Cuma di Sini Bisa Nongkrong Sekaligus Main di Sungai, Yuk Intip Lokasinya
Hewan berukuran panjang kurang lebih 1 milimeter ini memang sangat tinggi populasinya pada bawang yang bergejala menguning dan mengering seolah-olah tanaman kekurangan air.
Ia menerangkan, gejala hama gurem teramati pada bawang merah yang berumur 35-40 hari.
“Gejalanya terlihat merata dan tanaman tidak dapat hidup lagi sehingga terpaksa dipanen muda dengan nilai ekonomi merosot hingga kurang dari sepertiga kondisi normal,” urai Bonjok Istiaji.
Baca Juga: Cuma 30 Menit dari Jakarta, Intip Café Kopi Tubing yang Kekinian dan Instragammable Banget
Walau begitu, tim ahli Klinik Tanaman IPB University masih belum yakin jika serangga thrips menjadi penyebab dari gejala yang disebut gurem.
“Memang benar bahwa populasi thrips sangat tinggi pada tanaman yang bergejala, lebih dari 100 ekor per rumpun bawang. Namun ada gejala lain yang bukan gejala thrips pada umumnya,” kata Bonjok Istiaji.