Siapapun kader yang mencoba melakukan manipulasi aturan yang sudah pakem, hampir bisa dipastikan mereka memiliki tujuan diluar kesepakatan persyarikatan Muhammadiyah itu sendiri.
Dalam dimensi yang lain, dengan realitas yang siapa saja bisa lihat, bahwa tidak sedikit kader Muhammadiyah yang dengan “ambisius” mencari kehidupan pada amal usaha Muhammadiyah, kurang lebih telah merendahkan semangat Kyai Dahlan untuk mampu berkompetisi menghidupkan Muhammadiyah sebagai persyarikatan, bukan bertarung untuk saling merebut posisi dalam tubuh amal usahanya.
Sehingga dengan melihat kondisi di atas, saya kira perlu ada sosok Ketua dan pimpinan Muhammadiyah yang urusan domestiknya telah “selesai”, sebelum mengkhidmadkan diri sebagai jalan bakti untuk persyarikatan yang pada akhirnya benar-benar memiliki peran sosial yang strategis dengan pihak lain khususnya dengan pemerintah.
Preferensi politik dari setiap kader Muhammadiyah, tidak bisa dijadikan modal permusuhan dengan pihak atau kelompok yang berbeda pilihan politik, lebih-lebih perbedaan politik itu hadir bahkan di dalam internal Muhammadiyah sendiri.
Baca Juga: Mengintip Harta Kekayaan Sekda se-Jabar, Kota Bogor Tajir Melintir, Kota Banjar 'Termiskin'
Menuju Musyda Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bogor ke-14 yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2023 nanti, saya beraharap hadir sosok Ketua dan pimpinan terpilih yang mampu melakukan sinergitas utuh dengan berbagai pihak dalam rangka mengembalikan peran persyarikatan pada maqam-nya, yaitu sosial-kemanusiaan melalui nilai-nilai Islam yang inklusif dan pendidikan yang kritis dalam rangka memberi harmoni dan kesejukkan bagi semua orang – rahmatan lil alamin.
Oleh: Rizki Riyanto, M.Pd.
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Bogor 2015-2017