PAN dan Golkar diyakini tak punya kemampuan menolak permintaan Jokowi dengan mempaketnya Prabowo dengan Gibran meski di atas kertas kedua ini sesungguhnya masing-masing memilki calon yang siap diperjuangkan.
Hal yang sama pula dengan Prabowo sendiri seolah tak punya lagi pilihan selain berpaket Gibran karena faktor prebutan kolam suara loyalis Jokowi. Meski sebuah sumber menyebut Prabowo mengaku sangat dibuat pusing.
Apalagi bila salah kelola, maka paket ini bisa terpental di putaran pertama.
Bila Prabowo menganut falsafah yang penting menang, maka bagi Jokowi yang dibutuhkan adalah kepastian regenerasi kjeluarganya (bapak saying anak) berkelanjutan.
Momen kali ini belum tentu terulang pada waktu yang lain.
Baca Juga: Kejam! Israel Bombardir Gaza di Tengah Distribusi Bantuan Kemanusiaan di Wilayah Utara
Tak penting baginya dilabel sebagai penghinat apalagi dengan kiasan kacang lupa akan kulitnya. Bagi Jokowi dalam politik tidak kenal politik kesetiaan, balas budi tapi bagaimana sama sama memenuhi kebutuhan kepentingan.
Karena tujuan berpoilitik adalah terpenuhinya kepentingan.
Jokowi memang tidak tegas menyatakan meninggalkan PDIP dan Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP.
Baca Juga: Jumlah Penumpang Pecahkan Rekor, Ayo Cek Jadwal Perjalanan Kereta Cepat Whoosh
Cukup dengan pernyataan restu dan doa sebagai orang tua kepada Gibran sudah menegaskan pesan Jokowi kepada publik minimal pendukungnya bahwa PDIP baginya adalah partai yang terbaik di masa lalu.
Begitupun Capres Ganjar Pranowo bukan putra terbaik Bangsa yang bisa dipercaya melanjutkan kepemimpinannya. (*)
Syamsuddin Alimsyah, Ketua ASA Indonesia
Coretan di atas KRL dari Bogor Menuju Jakarta