Kondisi itu pula yang membuat "sakit hati" yang mendalam Partai Demokrat, sehingga menentukan sikap bergabung dengan koalisi perubahan.
Bergabungnya Partai Golkar dan PAN juga disebut-sebut merupakan "arahan' Presiden Jokowi.
Baca Juga: Warga Antusias Ikuti Final Turnamen bola voli Babinsa Pabuaran Cup 2023 di Bogor, Begini Keseruannya
Yang sangat mengagetkan bergabungnya Kaesang ke PSI dan bak sulap dengan secepat kilat langsung didaulat sebagai Ketua Umum PSI.
Padahal PSI sedang mesra-mesranya dengan Prabowo Subianto, dan informasi terakhir disebut-sebut akan segera mendeklarasikan dukungannya terhadap Prabowo Subianto.
Padahal kita sangat paham PSI tidak bisa berkata tidak, jika Jokowi yang perintahkan.
Fenomena politik termutakhir, nama Gibran kembali melesat untuk berpeluang menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo, padahal sampai saat ini Gibran adalah kader PDIP dan diusung menjadi Wali Kota Solo oleh PDIP.
Bahkan, dalam waktu dekat Gibran dan Kaesang bersama akan menhadiri acara rakernas Projo. sedangkan Projo sudah memberikan inisial nama "P" calon presiden yang akan didukungnya.
Dengan berbagai fenomena politik ini, di mana sebenarnya posisi politk Jokowi dalam konteks dukungan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu 2024?
Salah satu jawabannya adalah langkah "bidak catur" Jokowi.
Baca Juga: Cawapres Ganjar Pranowo Akan Segera Diumumkan, Ini 3 Kandidat Terkuatnya
Apa mungkin Prabowo Subianto dalam menentukan pasangannya berhubungan dengan Putusan MK dan berharap MK mengabulkan gugatan batas minimal usia Calon Presiden dan Wakil Presiden, sehingga Gibran yang akan menjadi pasangan Prabowo Subianto mendaftar ke KPU sebagai Calon Prresiden dan Wakil Presiden 2024 yang secara resmi diusung oleh KIM ?
Kalau memang itu yang terjadi, nampaknya clear posioning Jokowi ada di Prabowo Subianto dan meninggalkan Ganjar beserta PDIP.
Terlebih jika "bidak catur" kedua Jokowi yaitu Kaesang, memutuskan PSI mendukung Prabowo Subianto dalam sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2024.