Hadir pula Emeritus Professor of Indonesian Politics at The Australian National University Greg Fealy, President-Moderator of Asian Conference of Religions for Peace Desmond Cahill, Former Grand Mufti of Bosnia and Herzegovina Mustafa Ceric, serta Dean of Faculty of Islamic Sciences of Al-Azhar University Egypt Nahla Shabri Shu’aidi.
Sebanyak 70 peserta lintas agama dari 20 negara ikut berdiskusi dan mencari solusi dalam acara yang mengangkat tema Human Fraterniy and the Middle Path for Peaceful, Just and Prosperous World itu.
Haedar Nashir menyampaikan bahwa WPF adalah forum penting untuk meluaskan gaung pesan-pesan Islam pada level global yang diharapkan membawa pada jalan Islam tengahan atau wasatiyat al-Islam.
“Kami berkomitmen pesan wasatiyah Islam tidak hanya berhenti pada deklarasi, tetapi bisa direalisasikan dalam hidup sebenarnya penduduk muslim dan warga dunia,” terangnya.
Apalagi, lanjut dia, tantangan dunia hari ini begitu kompleks, seperti suburnya kecurigaan, ujaran kebencian, permusuhan, konflik dan perang, kekerasan pada anak dan perempuan, ekstrimisme, kemiskinan hingga diskriminasi dalam lingkup domestik, regional, dan global.
Guru besar sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu berharap WPF dapat melahirkan rekomendasi bagi lahirnya dunia yang damai, adil, dan makmur disertai persaudaraan laki-laki dan perempuan dengan penuh penghargaan.
Haedar menegaskan bahwa Islam sebagai agama peradaban. Islam menentang kekerasan apapun bentuknya, baik secara epistemik, fisik, maupun secara struktural.
“Islam adalah khoiru ummah, komunitas terbaik, dan bangsa terbaik,” ungkap tokoh asal Bandung itu.