Gede berupaya bekerja seprofesional mungkin. Meski diakuinya para penumpangnya itu bukan wisatawan biasa.
”Ngantar dari airport ke Grand Hyatt (tempat menginap selama KTT G20, Red) itu beberapa kali. Nggak sempat ngobrol sama supporting team mereka. Tapi ya beda juga ya karena bukan wisatawan. Karena mereka lebih teliti, unit (mobil) harus rapi, jalannya harus sangat hati-hati dan teliti,” ungkapnya.
Mengunjungi Bali di hari-hari ini memang berbeda dari biasanya. Lalu lintas di Nusa Dua yang menjadi episentrum KTT G20 tak seleluasa biasanya.
Namun, bagi warga Bali, hal itu adalah konsekuensi bagi mereka. Justru mereka amat bahagia ketika ajang itu dimulai.
”Harapannya, ekonomi di Bali bisa kembali pulih, apalagi setelah G20 ini. Tambah ramai pariwisatanya,” kata Gede.
Di setiap sudut di Nusa Dua, para pecalang pun terlihat berjaga hampir 24 jam. Mereka silih berganti disiagakan bersama tim gabungan TNI/Polri.
”Kami diberi pengumuman oleh pecalang, sementara selama G20 harus membatasi perjalanan, karena ada ganjil genap juga. Ndak apa, kami senang ada G20 karena Bali jadi ramai lagi,” jelas Agus, salah seorang warga Nusa Dua.