Sutradara The Fabelmans itu secara khusus mengkritik kebijakan HBO Max, yang masih merupakan ’’anak’’ Warner Bros. Dia menyatakan, penghapusan rilis bioskop bisa mengurangi pengalaman menonton yang didapat para penggemar film.
’’Menurutku, penonton yang lebih tua mungkin merasa lega karena mereka tak lagi menginjak popcorn lengket di bioskop. Tapi aku sangat percaya, penonton yang sama, begitu datang ke bioskop, akan merasakan magisnya berada di situasi sosial bersama sekumpulan orang asing ibarat tonik,’’ sambung Steven Spielberg.
Dia mengakui, butuh upaya keras dari rumah produksi, sineas, dan para cast untuk ’’mempertahankan’’ penonton konvensional agar mau datang ke bioskop.
Targetnya tidak hanya membuat penonton mau membeli tiket.
’’Filmnya harus bagus sekali agar penonton bertahan sampai lampu bioskop menyala lagi dan mengobrol setelah nonton,’’ imbuh sineas pemilik tiga piala Oscar itu.
Spielberg menyatakan, deretan box office memang masih didominasi film superhero, franchise, film keluarga, dan horor. Namun, dia juga menyebut bioskop masih punya harapan besar pada film dengan tema anti-mainstream. Dia memuji Elvis, proyek biopik besutan Baz Luhrmann, sebagai film ’’pembeda’’.
’’Kurasa, menakjubkan sekali melihat Elvis bisa menembus USD 100 juta (Rp 1,571 triliun) di box office domestik (Amerika Utara, Red). Banyak penonton dewasa yang pergi menonton film itu dan hal itu memberiku harapan, orang-orang akan kembali nonton lagi setelah pandemi berganti menjadi endemi. Menurutku, kejayaan bioskop akan kembali. Aku yakin itu,’’ tegas pria yang melejit lewat Jurassic Park itu.
Meski demikian, Spielberg mengaku tidak membenci layanan streaming. Buatnya, yang terpenting, setiap film berhak memiliki kesempatan untuk ditonton.
