Tak Bisa Banyak Berkata di Hadapan Alfarizi selain Terima Kasih
Sejak tragedi Kanjuruhan di mana teman-temannya turut jadi korban, Muhammad Rusdi terlunta-lunta di sekitar stadion. Pertemuan dengan dua pemain dan asisten pelatih Arema FC mengembalikan senyumnya sebelum akhirnya dijemput keluarga dari Probolinggo.
Laporan : Achmad Arianto dan Galih Prasetyo
DI Stadion Kanjuruhan, remaja pria 17 tahun itu turut menyaksikan horor paling mengerikan dalam sejarah sepak bola Indonesia, bahkan dunia. Ratusan orang jadi korban meninggal, termasuk tiga kawan yang berangkat bersamanya ke stadion di Kabupaten Malang tersebut.
Sejak tragedi pada Sabtu (1/10) jelang tengah malam dua pekan lalu sampai Minggu (2/10) dini hari itu pula, Muhammad Rusdi, remaja itu, hanya berkeliaran di stadion tersebut. Terpukul, nyaris kehabisan uang setelah menjual ponsel untuk bertahan hidup, sehari-hari dia tampak linglung.
Akhirnya kemarin (13/10) dia baru bisa pulang kembali ke kampungnya di Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo. Seperti dilansir Jawa Pos Radar Bromo, dia dijemput keluarganya ke Malang dengan didampingi perangkat Desa Kertosuko dan Polres Probolinggo.
’’Memang Rusdi ini menyukai tim Arema dan sering berangkat menonton dengan teman-temannya,” ujar Sekretaris Desa Kertosuko Syamsuddin kepada Jawa Pos Radar Bromo.