Yang ditabrak minibus tersebut bagian bodi belakang truk sebelah kanan. Setelah tabrakan, minibus semakin tak terkendali dan akhirnya masuk ke parit.
Tujuh korban meninggal antara lain Galih, 25; Nurbaiti, 52, warga Tembalang, Kota Semarang; Emilia Fitria Fahma, 29, warga Kota Depok; dan Nadila Lisvilawati, 24, warga Kabupaten Bandung Barat. Tiga lainnya adalah Amirudin, 50, asal Kabupaten Cianjur; Muhammad Saddam Marsanto, 19, dari Kota Bekasi; dan Khotijah Munadi Kamijo yang belum diketahui alamatnya.
Fika, istri Galih, mengaku terakhir berkomunikasi dengan sang suami kemarin dini hari sekitar pukul 02.00. Dia tidak tahu posisi suaminya sedang di mana saat itu. Biasanya, sang suami bergantian menyetir dengan rekannya. Atau beristirahat di rest area. Saat beristirahat seperti itu, biasanya Galih menelepon sang istri yang telah memberinya seorang anak. Sehari sebelum kejadian kemarin, sang suami baru mengantarkan penumpang dari Surabaya ke Jakarta.
”Padahal, tanggal 14 September nanti dia (suaminya) ulang tahun. Mau ambil libur dan merayakan ulang tahun. Tapi, malah dapat kabar kalau kecelakaan,” ungkap warga Pemalang itu sambil menangis saat mengingat suaminya.
Sementara itu, Samsul Bahri, salah seorang korban selamat, menyatakan bahwa dirinya dari Jakarta hendak ke Pemalang. Saat kejadian, dia tidak sadarkan diri. ”Saya sadar pas sudah di rumah sakit,” katanya.
Bayu Ridho Aji, korban selamat lainnya, mengaku saat kejadian dirinya sedang tidur. Posisi duduknya di kursi belakang. Setelah benturan yang sangat keras, posisi pria 22 tahun yang hendak pulang kampung ke Kendal, Jawa Tengah, itu sudah terlempar ke lantai mobil.
”Saya tidur itu pas sampai Tegal. Terus sadar, kondisinya sudah begini (kecelakaan). Saya lihat penumpang lain juga sudah di bawah (lantai mobil) dan banyak darah,” ujarnya.
Dhayita menyebut, mengenai dugaan penyebab kecelakaan tersebut, pihaknya masih mendalami. Sebab, para saksi yang diperiksa belum bisa dimintai keterangan secara penuh karena masih dalam perawatan.
