Oleh karena itu, sebelum kejadian yang dia mengakui mendorong kru, Andi Bachtiar memaksa untuk menggenapi jumlah figuran sesuai kesepakatan. Di situlah dia mengalami rasa kesal yang memuncak.
"Makanya saya memaksa untuk menggenapi jumlah sesuai dengan kesepakatan. Saya kesal dan memaksa talent coordinator (sebut saja "kru") utk melengkapi jumlah, saya dorong agar menjauh karena saya sangat kesal. Sebagai orang yang percaya bahwa kekerasan sebaiknya hanya terjadi di film aksi, saya yakin betul bahwa adalah DORONGAN yang saya lakukan, bukan TAMPARAN," aku Andi Bachtiar.
"Kami kemudian melanjutkan pekerjaan, sempat menari di area panggung pensi berslamdancing, moshpitting serta tentu saja membentuk circle of death seperti di masa2 lalu saya sungguh bahagia, masa remaja seperti datang kembali… memori dan kehidupan tanpa beban," lanjutnya.
Setelah kejadian itu Andi Bachtiar mengaku didatangi ayah dari kru tersebut. Ayah dari kru tersebut mendatanginya tak terima anak perempuannya didorong.
Andi Bachtiar mengaku sudah minta maaf kepada ayah kru yang saat itu bertugas sebagai talent coordinator.
"Saya ingat betul saat itu selain tentu menyampaikan maaf, saya juga bilang bahwa "Mungkin dorongan saya terlalu keras, saya minta maaf," si bapak tampaknya tidak terima, ia bilang ia tak pernah memarahi anaknya dan saya tentu sudah punya anak. Saya ingat saya jawab "Iya memang pak, saya punya 2 anak perempuan dan sayapun tak ingin ada kekerasan dalam hidup dia"," tuturnya.
"Tampaknya si bapak kurang puas dan terus memaksa saya untuk tetap berbicara dengan sementara saya pikir hari sudah semakin siang dan pekerjaan harus dituntaskan. Ia menarik saya dan--dengan segala hormat--pada sang bapak--saya mengabaikan dan memilih untuk kembali memaksa tim saya untuk kembali bekerja," aku Andi Bachtiar.
Sampai akhirnya unggahan media sosial yang viral membuatnya merasa terpojok. Andi Bachtiar mengaku hanya bisa menjadi sasaran tembak ketika dirinya sudah menyelesaikan proses produksi pada 29 Agustus.