Melainkan dengan masalah yang sangat dekat dengan keseharian.
Sabrina juga mencoba menghidupkan cerita dengan menunjukkan respons atau emosi seseorang yang berbeda-beda terhadap orang lain.
’’Jadi, memang layer-layer emosi manusia itu berbeda. Itulah yang aku kedepankan di film ini,’’ katanya.
Sabrina tidak menjadikan versi sinetron sebagai satu-satunya acuan.
Dia kerap bertukar isi kepala dengan para cast maupun orang tuanya untuk mengembangkan cerita. Bahkan, dia menyelipkan beberapa pengalaman hidupnya ke dalam adegan maupun dialog.
Karena itu, Noktah Merah Perkawinan diklaim sebagai salah satu karya personalnya.
Sabrina tak menampik, dirinya sempat mengalami sederet kesulitan saat menggarap film tersebut.
Sebab, proses produksi dimulai di masa awal pandemi Covid-19, yakni dua tahun lalu. Ruang gerak di publik yang terbatas membuat proses syuting tidak bisa dilakukan dengan bebas.