Dalam perjalanan, sempat terlihat beberapa pulau kosong yang rimbun oleh pohon bakau. Setelah hampir 45 menit, tampaklah salah satu dermaga terdekat dengan IKN Nusantara. Dermaga terbuat dari kayu yang bisa mengapung karena dilandasi dari drum plastik. Sederhana. Tapi, cukup aman.
Yang cukup membikin waswas hanya tulisan yang terbaca jelas: awas ada buaya. Disertai dengan sebuah foto hewan purba itu. Gambarnya memang tampak sudah usang, bisa jadi ingin memberikan peringatan agar lebih waspada. ’’Walau saya tidak pernah melihat ada buayanya,’’ ujar Dedy.
Tim yang dipimpin Lettu Laut Dedy seminggu lima kali berpatroli. Seiring dengan penguatan Lanal Balikpapan, patroli laut juga terus meningkat. Dari semula seminggu tiga kali. ’’Jalur patroli laut ini juga merupakan jalur laut menuju ke IKN Nusantara,’’ jelasnya.
Jadi, bila ada masyarakat yang ingin ke IKN melewati jalur laut, tentu menggunakan jalur yang sama. Berlabuh di dermaga yang sama pula.
Selain patroli laut Lanal Balikpapan, ada penguatan di patroli laut dengan KRI yang BKO Gugus Tempur Laut (Guspurla) dan Gugus Keamanan Laut (Guskamla) Koarmada II. Salah satunya, KRI Sultan Hasanuddin 366 yang sudah beberapa waktu sandar di Pelabuhan Balikpapan.
’’Sesuai instruksi KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, ditingkatkan kehadiran TNI-AL di perairan Balikpapan,’’ papar Asops Danguspurla Koarmada II Kolonel Laut (P) Rafael Dwinatu A.P.
KRI Sultan Hasanuddin 366 merupakan kapal perang jenis perusak kawal berpeluru kendali milik TNI-AL. Memiliki kemampuan antikapal permukaan, antikapal selam, dan antipesawat udara. Kehadirannya tentu dimaksudkan memberikan rasa aman di perairan Balikpapan yang merupakan pintu gerbang menuju jalur laut IKN.
Beberapa bulan lalu, misalnya, KM Ladang Pertiwi tenggelam akibat cuaca buruk saat sedang berlayar dari Makassar menuju Pulau Lima. Begitu menerima informasi, KRI Sultan Hasanuddin 366 langsung berupaya membantu.