Ditemani sang paman, Lamsino, sesama pengungsi APG Semeru, keduanya mengobrol di ruang tamu Senin (27/6) malam pekan lalu.
BACA JUGA : Peternak Ini Klaim Sembuhkan Sapi Terpapar PMK Dengan Ramuan Herbal
Ditemani rokok lintingan, keduanya mengaku bersyukur mendapatkan huntap di kloter pertama. Setelah berbulan-bulan tinggal di tenda pengungsian di Desa Penanggal.
Tinggal di huntap, bagi Suyadi dan Lamsino, adalah upaya menghapus trauma. Dusun mereka, Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, dihujani abu saat Semeru meletus pada 4 Desember tahun lalu yang membuat warga kalang kabut, tunggang-langgang, menyelamatkan diri.
’’Saya kalau ingat-ingat peristiwa itu saja masih ngeri. Takut,’’ ucap Lamsino dengan nada bergetar.
Meski semua keluarganya selamat saat kejadian, kecamuk panas abu gunung setinggi 3.676 meter itu, jeritan tetangga, dan teriakan anak-anak membuatnya ogah kembali ke desa. Huntap pun menjadi kesempatan bagi dia untuk membangun kembali kehidupan.
”Rumah ini sudah sae (bagus). Bangunannya bagus,” papar Lamsino.
Itu dia buktikan ketika ingin menancapkan paku di tembok huntap. Alih-alih tembok bisa tertembus, paku yang dipalu justru bengkok. Kalau hujan, suaranya juga tidak tembus.