Kondisi itu mau tak mau Kadir harus lalui. Sampai pada tahun 2005 ke 2006 dia kembali merelakan asetnya, berupa tanah dijual.
"Tahun 2005, 2006 tanah di Tambun saya jual," ucapnya. Baru setelah itu dia memutuskan untuk memasang ring pada jantungnya.
Kadir tak merasa sedih harus merelakan aset-aset yang selama ini dia tabung, dijual demi berobat. Justru hal itu membuatnya bersyukur.
Aset-aset itu dianggap Kadir sebagai penolong untuk dirinya. "Untung masih ada yang dijual. Kalau nggak (ada) mau apa kita?" ungkap Kadir.
Saat ini, Kadir dan keluarga tengah berusaha bangkitkan lagi finansial mereka. Kadir dan istri membuat bisnis kuliner Soto Kudus.
"Jalan tapi alhamdulillah mencukupi keluarga. Saya bisa kredit mobil lagi," ucap Kadir bersyukur. (dtk/rbg)