Sigit melanjutkan, penonton makin tidak terkendali. Pihak keamanan pun terpaksa menggunakan tameng. Termasuk ketika menyelamatkan kiper Arema Adilson Maringa.
”Dan, semakin bertambahnya jumlah penonton yang turun ke lapangan, beberapa personel menembakkan gas air mata,” paparnya.
Berdasar penjelasan Sigit, perintah menembakkan gas air mata datang dari Danki Brimob Polda Jatim AKP Has Darman dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi.
Ada sebelas personel yang menembakkan gas air mata pada malam itu. Tujuh tembakan diarahkan ke tribun selatan, satu tembakan ke tribun utara, serta tiga tembakan ke arah lapangan.
Kapolri mengakui, tembakan gas air mata itu menimbulkan masalah. Ada kepanikan. Penonton juga merasakan perih pada mata. Hal itu yang kemudian membuat penonton berusaha secepatnya keluar dari stadion.
Sayang, ada lima pintu yang membuat penonton tidak bisa keluar stadion, yakni pintu 3, 11, 12, 13, dan 14. Pintu tersebut tidak sepenuhnya terbuka.
Juga, tidak ada steward yang berjaga. ”Seharusnya lima menit sebelum pertandingan berakhir, pintu itu sudah dibuka,” ungkapnya.
Sigit menambahkan, pihaknya memeriksa 48 orang saksi. Meliputi 26 orang personel Polri, 3 orang penyelenggara pertandingan, 8 orang steward, 6 saksi di sekitar TKP, dan 5 orang korban.