RBG.ID - Selain masjid, di dalam kompleks Masjid Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi juga ada taman kanak-kanak, tempat pendidikan Alquran, dan pondok pesantren.
Turut memperkuat destinasi city tourism kabupaten di ujung timur Jawa tersebut.
SINAR lampu menerangi mulai dari pintu gerbang masjid yang didesain tanpa daun pintu.
Bentuk gapuranya menggunakan gaya arsitektur khas kelenteng.
Sementara itu, ornamen bangunan dan aksesori masjid kental antara perpaduan seni kaligrafi Arab dan aksara Tionghoa dengan dominasi warna merah, hijau, serta kuning.
Karena itu, Masjid Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi, Jawa Timur, itu bisa dibilang salah satu monumen keberagaman pelestarian kebudayaan di Nusantara.
Baca Juga: Global Bond Bank Mandiri Oversubscription
Sekaligus mengukuhkan Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil-alamin (rahmat bagi semesta alam).
Masjid di Kelurahan Sumberejo, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, itu dibangun di atas lahan milik salah satu pengusaha sukses di kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut: Kadapi Kadiso.
Masjid ini merupakan Masjid Muhammad Cheng Hoo kesepuluh yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Shin Ye-eun Kehilangan Followers Gara-gara The Glory
Berdirinya masjid dengan ukuran 28 x 28 meter dengan total luas lahan 2,5 hektare itu inisiatif warga keturunan Tionghoa yang tergabung dalam Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
Donatur pembangunan masjid yang diresmikan pada 26 November 2016 itu berasal dari masyarakat setempat, warga Tionghoa, serta Persatuan Islam Tionghoa Indonesia Jawa Timur.
’’Haji Muhammad Cheng Hoo yang menjadi nama masjid merupakan bentuk penghormatan kepada Muhammad Cheng Hoo,” kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi, Kadapi Kadiso.