RBG.ID - Cuaca panas ekstrim terus dirasakan masyarakat di sejumlah wilayah.
Dipastikan, kondisi ini tidak akan berdampak pada kekeringan atau pun kebakaran hutan.
Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menyatakan, cuaca panas di Indonesia belum akan berdampk pada kekeringan atau kebakaran hutan.
Dia menegaskan suhu naik karena masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Pada saat transisi ini, maka suhu akan lebih tinggi 1 atau 2 derajat.
"Kenaikan 1 atau 2 derajat di Indonesia ini masih masa lembab. Karena sisa musim hujan," ungkapannya.
Kombinasi temperatur dan kelembaban tinggi ini membuat kondisi tubuh gerah.
Baca Juga: Pembatasan di Ruas Jalan Tol Selama Arus Balik Lebaran
Apalagi tubuh susah berkeringat dan ini menyebabkan panas di tubuh susah dilepaskan.
Sena juga menyatakan temperatur udara di Indonesia juga naik.
Ini karena perubahan iklim secara gradual.
Baca Juga: Daftar Pencetak Quat-trick ke Gawang Real Madrid
"Faktor lainnya, gerah ini terjadi di wilayah perkotaan karena banyak beton yang menyerap panas," bebernya.
Kekeringan akan terjadi setelah musim kemarau. Ini karena kelembaban turun.
Artikel Terkait
Ini Penjelasan BMKG dan Cara Mengamati Gerhana Matahari Hibrida 20 April
Sedia Payung dan Mantel, BMKG Prediksi Seluruh Jakarta akan Dilanda Hujan Siang Ini
Hati-hati, BMKG Prediksi Seluruh Wilayah DKI Jakarta Akan Dilanda Hujan Petir Siang Ini
BMKG Minta Masyarakat Waspadai Potensi Hujan Lebat disertai Petir dan Angin Kencang di Sejumlah Wilayah
Siang dan Sore Hari, BMKG Prediksi Wilayah Jakarta Ini Akan Diguyur Hujan
Akhir April Ini, BMKG Ungkap Delapan Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau
Ini Penjelasan BMKG Soal Surabaya Terasa Panas Saat Malam Hari