1. Asupan Cairan - Kurangnya konsumsi cairan dapat menyebabkan feses menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan.
2. Usia - Seiring bertambahnya usia, seseorang cenderung mengalami perubahan pola hidup dan kondisi medis yang memicu sembelit. Beberapa obat yang dikonsumsi lansia juga dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar.
3. Tingkat Aktivitas - Aktivitas fisik yang cukup membantu kinerja usus. Jika mengalami sembelit, olahraga dapat membantu memperlancar sistem pencernaan.
4. Pola Makan - Makanan yang dikonsumsi berpengaruh terhadap kebiasaan buang air besar. Serat dalam makanan berperan penting dalam menjaga keteraturan buang air besar.
5. Riwayat Kesehatan - Beberapa kondisi kesehatan seperti penyakit celiac, intoleransi laktosa, dan diabetes melitus dapat mempengaruhi kesehatan usus dan mengubah pola buang air besar.
6. Hormon - Hormon seperti estrogen dan progesteron dapat berdampak pada frekuensi buang air besar.
Sebuah studi terhadap wanita berusia 18-35 tahun menemukan bahwa diare dan sembelit bervariasi selama siklus menstruasi.
7. Faktor Sosial - Beberapa orang merasa tidak nyaman buang air besar di tempat umum atau di tempat kerja.
Kebiasaan menahan BAB dalam waktu lama dapat menyebabkan sembelit jika dilakukan terus-menerus.
Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi buang air kecil dan besar, seseorang dapat lebih waspada terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika mengalami gangguan yang berkelanjutan. ***