RBG.ID - Vivek Ramaswamy bukan seorang politikus, melainkan pengusaha alumnus Harvard University.
Begitu siap maju sebagai capres Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, nama Vivek Ramaswamy pun happening.
Vivek Ramaswamy disebut sebagai jalan tengah di antara ketegangan kubu incumbent Joe Biden dan Donald Trump.
Baca Juga: Pendapatan Negara Akhir Juli 2023 Capai Rp1.614,8 Triliun, Ini Kata Sri Mulyani
’’SAYA mencalonkan diri sebagai presiden untuk membangkitkan kembali E-Pluribus Unum.’’ Kalimat itu adalah penggalan video berdurasi 4 menit pernyataan Vivek Ramaswamy.
E-Pluribus Unum merupakan moto AS, terdiri atas banyak golongan yang menjadi satu kesatuan.
Vivek Ramaswamy akan bersaing dengan banyak kandidat presiden AS lain. Setidaknya, sudah muncul 13 nama.
Baca Juga: Indonesia Pasar Manis Konser, Gaspol Permudah Penyelenggaraan
Kandidat Republik terbanyak dibandingkan dari Partai Demokrat. Hingga Selasa (15/8), tercatat 14 orang yang terdaftar. Adapun dari Demokrat hanya tiga orang.
Yakni, Joe Biden, Robert F. Kennedy Jr, dan Marianne Williamson.
Pada awal pencalonan, nama Vivek Ramaswamy seolah tidak diperhitungkan. Hasil survei berada di posisi buncit.
Baca Juga: KLHK Sebut Kendaraan Motor Jadi Penyebab Utama Polusi Udara di Jakarta
Namun, dalam beberapa polling belakangan, namanya menyodok di posisi tiga besar. Posisi pertama Donald Trump, disusul Gubernur Florida Ron Desantis.
Ada peluang besar nama Vivek Ramaswamy berada di puncak. Ini setelah nama Donald Trump didakwa dalam banyak kasus.
Artikel Terkait
Akun Facebook dan Instagram Donald Trump Dipulihkan Meta Usai 2 Tahun Diblokir
Hadapi Lebih dari 30 Dakwaan, Donald Trump Tetap Bisa Nyapres
Bersejarah, Donald Trump jadi Mantan Presiden AS Pertama yang Didakwa Kriminal
Ribuan Petugas Jaga Sidang Perdana Donald Trump, Survei Melonjak setelah Jadi Terdakwa
Donald Trump Berteriak Lantang AS Akan Masuk Neraka Usai Ditangkap dan Ditahan
Donald Trump Ditetapkan Bersalah Atas Kasus Pelecehan Seksual, Wajib Bayar Rp 73,4 Miliar
Selusin Wanita Menuduh Donald Trump Melakukan Pelecehan Seksual