Sebelumnya, Deris pernah menjalani pertukaran pelajar ke Malaysia saat SMP dan ke Australia saat SMA.
Tapi, kali ini ada problem besar yang menghadang: dia harus mencari dana tambahan karena beasiswa yang diberikan hanya untuk biaya pendidikan.
”Begitu sampai Belanda bingung. Belum ada rumah, nggak ada kerjaan, kuliah belum mulai. Saya menginap di tempat teman dua minggu, hari pertama dapat magang,” ujar ASEAN-Korea Youth Ambassador itu.
Di Belanda, Deris tetap aktif di berbagai kegiatan. Selepas kuliah, dia harus mengayuh sepeda sejauh 60 km pergi pulang ke tempat kerja.
Baca Juga: Perkiraan Pemain Persis Solo Kontra PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo
Kebetulan kuliah sambil kerja bukan pengalaman baru baginya. Semasa di Indonesia, Deris kerap bekerja part-time apa pun yang dirinya mampu.
Mulai jadi entrepreneur, singer wedding, agen asuransi dari pintu ke pintu, hingga mentor pelatihan.
Beragam kerjaan juga pernah dilakoninya setelah lulus S-1 dan sebelum mendapat beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) ke Columbia University.
Baca Juga: Sering Sakit, Aurel Hermansyah Sedih Ashanty Terima Banyak Cobaan
Mulai menjadi analis pasar, community manager, moderator, sampai pemandu acara di televisi.
Beragam gemblengan itu pula yang membuatnya tak mudah patah.
Termasuk ketika dia harus belajar dari awal untuk jurusan S-2 yang dia ambil yang berbeda dengan studi S-1.
”Tantangannya lebih ke akademik karena saya lulusan HI. Sekarang di jurusan master of public administration yang mempelajari semua kebijakan, mikro dan makro ekonomi, statistik, kebijakan fiskal,” katanya.
Baca Juga: Hadapi Persis Solo, PSS Sleman Berharap Tuah Seto Nurdiantoro
Deris tertarik mencalonkan diri menjadi presiden BEM SIPASA di kampusnya karena merasa dirinya memenuhi kriteria.
Artikel Terkait
Cuaca Ekstrem Jelang Musim Semi di St. Petersburg Rusia
Keren, Masyarakat Sumbar di Qatar Gelar Pameran Budaya Minang
Update Korban Gempa Turki! 2 WNI yang Hilang Ditemukan Tewas di Diyarbakir
Pasal-Pasal KUHP Baru Indonesia Buat Pemerintah AS Khawatir, Ini Penyebabnya
Amerika Serikat Gelontorkan Rp 2,8 Triliun untuk Turki