Profil dan Perjalanan Karier Kamala Harris
Kamala Devi Harris (59) adalah seorang politisi dan mantan jaksa Agung Amerika Serikat yang sempat menjabat sebagai Wakil Presiden sejak 20 Januari 2021 lalu.
Ia adalah wanita pertama, orang Asia-Amerika pertama, dan orang Afrika-Amerika kedua yang menjabat sebagai wakil presiden di Amerika Serikat.
Sebelum menjabat sebagai wakil presiden, Kamala Harris adalah senator Amerika Serikat terpilih di California sejak 2017 hingga 2021.
Ibunya, Shyamala Gopalan Harris, kelahiran India pada 7 April 1938, adalah seorang ahli biokimia yang pindah ke Amerika Serikat pada 1958 untuk mengejar gelar doktor di bidang nutrisi dan biokimia.
Shyamala memperoleh gelar Ph.D. dari University of California, Berkeley, pada 1964 dan meninggal pada 2009.
Ayahnya, Donald Harris, kelahiran Jamaika pada 23 Agustus 1938, adalah seorang profesor ekonomi yang mengajar di University of California, Berkeley.
Donald pindah ke Amerika Serikat pada 1961 untuk mengejar gelar master dan doktor di bidang ekonomi.
Baca Juga: Jenazah Dali Wassink Dikremasi, Padahal Sudah Mualaf, Hukumnya Haram dalam Islam!
Orang tua Kamala Harris adalah aktivis yang menanamkan rasa keadilan yang kuat pada anak-anak mereka.
Kamala terinspirasi untuk melawan ketidakadilan sebagai seorang jaksa setelah menyaksikan demonstrasi hak-hak sipil bersama ibunya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Kamala bergabung dengan Kantor Kejaksaan Distrik Alameda County pada 1990, fokus pada kasus pelecehan seksual terhadap anak, kekerasan geng, dan perdagangan narkoba.
Artikel Terkait
Donald Trump Ditembak Saat Kampanye di Pennsylvania, Identitas 3 Korban Terungkap Begini Kondisinya
BERUNTUNG! Selamat dari Insiden Penembakan: Begini Jika Donald Trump Tidak Menoleh, Peluru Bisa Melesat ke Otak!
Usai Insiden Berdarah, Donald Trump Pilih Mantan Kritikus JD Vance Sebagai Wakil Presiden
Joe Biden Resmi Mundur dari Pilpres AS, Ini Sosok Kamala Harris yang Ditunjuk Sebagai Penggantinya
TERUNGKAP! Diduga Kuat Ini Alasan Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024, Dampak Insiden Penembakan Donald Trump?