RBG.id — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tertekan hingga menembus angka Rp 17.006 per dolar AS di pasar Non-Deliverable Forward (NDF).
Angka tersebut menembus rekor terparah pasca krisis moneter 1998 silam.
Depresiasi sebesar 1,58 persen ini disebut-sebut dipicu oleh ketegangan ekonomi global serta kebijakan tarif internasional yang diberlakukan Presiden AS, Donald Trump.
Menanggapi situasi tersebut, anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, menilai kondisi ini harus dimanfaatkan pemerintah untuk memperkuat sektor pariwisata domestik sebagai penggerak utama perekonomian nasional.
Baca Juga: Sindir Bupati Indramayu yang Liburan ke Jepang Tanpa Izin, Lucky Hakim Minta Maaf ke Dedi Mulyadi
“Biaya perjalanan ke luar negeri melonjak. Ini saat yang tepat untuk mendorong pergeseran arus wisata ke destinasi lokal,” ujar Novita kepada wartawan, Minggu (6/4/2025).
Berdasarkan laporan Mastercard Economics Institute 2023, rata-rata pengeluaran wisatawan Indonesia ke luar negeri mencapai USD 1.200 per perjalanan.
Dengan depresiasi rupiah yang terus berlangsung, angka tersebut diperkirakan akan semakin membengkak.
“Ini menjadi sinyal penting bahwa wisata domestik harus menjadi prioritas, bukan hanya sebagai alternatif, tapi sebagai pilihan utama,” tegas politisi PDI Perjuangan itu.
Baca Juga: Sederet Adegan Nyeleneh Walid di Series Bidaah Asal Malaysia, Bikin Ngakak hingga Viral di Medsos
Novita juga menambahkan bahwa krisis tidak boleh menjadi alasan untuk stagnasi kebijakan.
Ia menyebut bahwa krisis sering kali melahirkan inovasi, dan Indonesia harus melihat pelemahan rupiah sebagai momentum untuk mendorong kemandirian ekonomi, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto.
“Pemerintah harus memperkuat kebijakan fiskal, memberikan insentif bagi pengembangan destinasi lokal, serta menjaga kepercayaan investor di sektor pariwisata,” ujarnya.