"Masalahnya sesuai laporan jaringan tani, diketahui terdapat kekeringan di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah," paparnya.
Bahkan, ada kasus di Indramayu dimana persawahan menjadi rel kereta api.
Karena itulah Dwi memprediksi bahwa produksi padi akan lebih rendah dari pada perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencapai 2,87 juta ton.
"Saya kira gak akan sampai," terangnya.
Baca Juga: Kemendikbud Ungkap Alasan Pemerintah Belum Bisa Gratiskan Pendidikan Dasar
Dia menuturkan, dilihat juga tren harga gabah kering dalam beberapa bulan terakhir.
Yakni, April Rp, 5.428, Mei naik Rp 6.023, Juni menjadi Rp 6.517, Juli Rp 6.690, Agustus Rp. 6.908.
"September ini rata rata Rp 7.200 sekarang," jelasnya.
Baca Juga: Bobby Nasution Batal Klarifikasi Soal Penggunaan Jet Pribadi, KPK Ungkap Alasannya
Dengan kondisi itu, lanjutnya, diprediksi harga beras akan terus naik sejak September hingga Februari.
Sebab, konversi harga gabah ke beras ini biasanya membutuhkan waktu satu bulan.
"Ya, naik harga lagi ini," terangnya.
Lalu bagaimana sebaiknya pemerintah mengatasi kenaikan harga beras? Dia mengatakan bahwa salah satu jalannya menghentikan bantuan sosial (bansos).
Sebab, bansos ini mengurangi kemampuan pemerintah dalam hal ini Bulog untuk mengintervensi harga pasar.