Minggu, 21 Desember 2025

Terungkap! Ternyata Ini Biang Kerok Banyak Pabrik Besar di Jabar Tutup Pindah ke Jateng dan Ribuan Karyawan Kena PHK

- Jumat, 10 Mei 2024 | 09:17 WIB
IlustrasI Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK (Dok. JawaPos.com)
IlustrasI Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK (Dok. JawaPos.com)

RBG.ID – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) terang-terangan ungkap penyebab banyaknya pabrik di Jawa Barat yang tutup hingga lakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawannya.

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), selama Januari-Maret 2024, 2.650 pekerja di Jawa Barat sudah terkena PHK.

Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menuturkan, mayoritas di antara pabrik-pabrik yang tutup ini yaitu yang bergerak di sektor padat karya. Khusunya, di sektor tekstil dan garmen.

 Baca Juga: Dibongkar Istri, Kepala Witan Sulaeman Dapat 5 Jahitan Saat Membela Timnas Indonesia di Laga Playoff Olimpiade 2024

"Itu pabrik besar itu tekstil dan garmen kebanyakan. Kan kalau makanan minuman ada nggak yang, so far masih oke," ungkap Shinta di Kantor DPN Apindo, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024).

Shinta melanjutnya, tidak sedikit juga dari pengusaha yang akhirnya memutuskan untuk memindahkan pabriknya ke wilayah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Salah satu penyebabnya adalah mengejar upah minimum provinsi (UMP) yang lebih rendah.

 Baca Juga: Murah! Cuma Rp10 Ribu Aja Bisa Nikmati Keindahan Curug Pemandian Tuan yang Memukau di Subang, Kuy Habiskan Libur Panjang Bersama Keluarga di Sini!

"Upahnya kan lebih rendah daerah lain. Ada daerah lain yang lebih rendah, jadi mereka pindah karena alasan-alasan itu. Banyak (yang pindah) ke Jawa Tengah," ucapnya.

Kemudian, ia juga mengungkapkan, ada sejumlah elemen yang penting untuk diperhatikan pebisnis demi menjaga keberlangsungan usahanya.

Pertama, yang menjadi kunci utamanya yaitu perhitungan cost of doing business atau biaya bisnis. Dalam hal ini, salah satu faktor utamanya yaitu biaya tenaga kerja atau labour cost.

 Baca Juga: HTM Gratis! Kuy Liburan ke Curug Tengah Puraseda yang Suguhkan Air Terjun Unik dan Memukau Seperti Seluncuran di Bogor

Tak hanya itu, elemen lainnya yang juga penting adalah peningkatan produktivitas. Shinta menuturkan, pada akhirnya dengan kondisi penuh tekanan di industri padat karya ini, yang paling diharapkan yaitu peningkatan produktivitas.

"Memang padat karya memang lebih banyak input variable cost-nya, seperti labour cost. Kalau yang teknologi tinggi kan memang labour-nya sedikit, yang high. Jadi sangat mempengaruhi, upaya sangat mempengaruhi kinerja itu," ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X