bandung

Dinkes Kota Bandung Paparkan Kasus Campak Sepanjang 2022, Ini Hasilnya

Senin, 23 Januari 2023 | 21:00 WIB
Ilustrasi campak (ilustrasi)

Suatu daerah bisa ditetapkan KLB kalau ada minimal dua kasus campak di daerah tersebut yang sudah terkonfirmasi secara laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi.

Menurut Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine, salah satu penyebab melonjaknya kasus campak adalah absennya imunisasi selama pandemi Covid-19.

Apalagi, imunisasi berperan penting dalam pencegahan campak.

Tingkat infeksi campak bisa dihindari dengan imunisasi dengan cakupan yang cukup tinggi, yaitu 91-94 persen.

Baca Juga: HYBE Umumkan World Tour TXT Tahun 2023. Catat Tanggalnya!

Maka dari itu, vaksinasi campak perlu diberikan sejak balita. Namun keadaan di Indonesia dua tahun terakhir atau hampir 3 tahun sejak terdampak dari pandemi Covid-19 membuat implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi.

Jika merujuk data Badan Pusat Statistik, cakupan imunisasi campak pada balita di Indonesia baru sebesar 70,14 persen pada 2022. Angka ini sebenarnya menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 68,67 persen.

Berdasarkan wilayahnya, Aceh merupakan provinsi dengan cakupan imunisasi campak pada balita terendah nasional. Persentasenya hanya 38,19 persen atau jauh dari rata-rata nasional.

Disusul Sumatra Barat dengan capaiam 56,48 persen. Diikuti Riau 62,31 persen, Jambi 63,65 persen, dan Kalimantan Barat 64,65 persen. Sementara Jawa Barat berada di urutan kesebelas provinsi dengan capaian imunisasi terendah yakni 69,03 persen.

Di sisi lain, Bali merupakan provinsi dengan cakupan imunisasi campak pada balita tertinggi nasional sebesar 81,69 persen.

Dampak berat dari campak akan dirasakan oleh mereka yang belum sama sekali diimunisasi, yaitu rentan mengalami komplikasi penyakit lain seperti pneumonia, radang otak, hingga gizi buruk. (sir)

Halaman:

Terkini