Di Kota Bandung, total timbulan sampah mencapai 581,876.52 ton di tahun 2022, dengan timbulan sampah harian sebanyak 1,594.18 ton. Sampah makanan sisa menjadi penyumbang terbanyak yakni 44,52 persen. Disusul plastik 16,70 persen, kertas karton 13,12 persen, kain 4,75 persen, kayu ranting 3,98 persen, karet-kulit 2,38 persen, kaca 1,97 persen, logam 0,90 persen, dan sampah lainnya sebanyak 11,68 persen.
Merujuk data riset Sustainable Waste Indonesia (SWI), sebanyak 24 persen sampah di Indonesia tidak terkelola. Hanya 7 persen yang didaur ulang, dan 69 persen berakhir di tempat pembuangan akhir.
Dampak lainnya, lanjut Meiki, yaitu kekacauan edukasi publik tentang penanganan sampah. Jangan sampai, publik berasumsi bahwa penggunaan teknologi RDF betul-betul solusi. Sebab tak pernah diberitahu dampak negatif penggunaan RDF.
“Kalau begini, publik bisa saja berpikir, oh ternyata tidak masalah kami produksi sampah. Karena toh ini sudah ada solusinya (RDF) yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar. Celakanya lagi, kalau ini akan didorong penggunaannya sebagai bahan bakar di industri kuliner UMKM-UMKM oleh pemerintah,” jelasnya.
“Seharusnya pemerintah tidak begitu cepat menyimpulkan suatu teknologi menjadi solusi. Pemerintah harus lebih cerdas dan cermat soal ini, jangan cuma memperlihatkan dampak instannya bisa mengurangi timbulan sampah. Pemerintah juga harus mendidik masyarakatnya,” kata Meiki. (sir/b)