Bahkan, sindikat ini membeli mesin cetak dari Surabaya seharga Rp600 juta, yang sebelumnya didatangkan dari China.
Pada Mei 2024, sindikat mulai memproduksi uang palsu, dan pada September 2024, mesin cetak diangkut ke Gedung Perpustakaan UIN Alauddin atas peran AI. Uang palsu senilai Rp150 juta hingga Rp250 juta mulai diedarkan pada November 2024.
Barang Bukti yang Disita
Polisi berhasil menyita sejumlah barang bukti dari Gedung Perpustakaan UIN Alauddin, termasuk:
Satu unit mesin cetak besar GM-247IIMP-25 offset printing machine.
738 lembar kertas bergambar uang pecahan Rp100 ribu emisi 2016 yang belum dipotong.
6.139 lembar kertas bergambar uang pecahan Rp100 ribu yang gagal produksi.
19 lembar uang pecahan Rp100 ribu emisi 2016 senilai Rp1,9 juta yang juga gagal produksi.
Berbagai alat pendukung pencetakan lainnya.
Yudhiawan menegaskan, sindikat ini mengatur strategi peredaran uang palsu melalui komunikasi intensif di grup WhatsApp.
"Pada Oktober 2022, mereka mulai membeli alat cetak dan kertas, lalu produksi dimulai pada Mei 2024," jelasnya.***
Artikel Terkait
Peran 17 Tersangka dalam Kasus Uang Palsu Seribu Triliun Rupiah di UIN Alauddin Makassar, Berasal dari PNS hingga IRT
Terbongkarnya Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Kenali Perbedaan Uang Palsu dan Uang Asli Agar Tidak Keliru
Staf UIN Alauddin Makassar Meregang Nyawa, Diduga karena Syok Dikaitkan dengan Kasus Uang Palsu
Belum Sempat Diperiksa Polisi, Staf Kampus Diduga Terlibat Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Meninggal Dunia Akibat Syok
Puluhan Barang Bukti Kasus Produksi dan Peredaran Uang Palsu UIN Alauddin Makassar Ternyata Milik Andi Ibrahim