“Jadi densus terus memonitor, cara kita memonitor adalah dengan melakukan pemantauan eskalasi ancaman. Jika tidak ada perubahan eskalasi ancaman, maka proses monitoring itu akan berjalan seperti yang kita lakukan sehari-hari,” katanya.
“Tidak ada istilah kecolongan, atau ketidakmampuan, karena memang dari jaringan kelompok itu sendiri terus menerus melakukan proses yang kita bilang counter radikal. Kita terus awasi mereka, tapi pihak mereka juga terus untuk mencoba membangkitkan ghiroh dari kawannya atau kelompoknya (untuk melakukan tindakan terror),” jelasnya.
Upaya lainnya, lanjut Aswin, adalah memberikan program deradikalisasi sehingga setia terhadap NKRI dan tidak kembali bergabung dengan kelompok terafiliasi terorisme.
Namun, ia juga tak menampim bahwa hal tersebut tidak lah mudah untuk dilakukan.
Kelompok yang menaungi napi teroris kerap memberikan semangat atau narasi berlawan dengan pemerintah.
“Ini memang sebuah situasi yang harus kita hadapi semua bersama, karena kelompok yang lainnya itu tidak berhenti merekrut dan menarik kembali kelompoknya. Kalau kecolongan itu tidak, tapi memang itu ada sebuah perang yang berlanjut terus antara kita,” imbuhnya.
Meski menolak disebut kecolongan, ia mengatakan pascabom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar, eskalasi pemantauan terhadap hal yang berhubungan dengan terorisme ditingkatkan.