"Hasil produksi perdana kemarin sebagian dibagikan kepada masyarakat nelayan setempat, karena memang pembangunan pabrik es ini bertujuan memenuhi kebutuhan es-nya baik pengolah maupun pemasar ikan," sambungnya.
Nunung menjelaskan, titik krusial dalam penanganan ikan hasil tangkapan nelayan, karena sifatnya yang mudah membusuk dan rusak, maka dari itu memerlukan penanganan khusus mulai dari pasca panen atau ditangkap hingga siap dikonsumsi.
"Ya, salah satunya dengan pengawetan menggunakan es dan ini merupakan bahan pengawet yang paling aman dan paling murah dalam mempertahankan mutu ikan," terangnya.
Nunung juga mengajak masyarakat dan para stakeholder mendukung beroperasionalnya kembali pabrik es, agar bisa berjalan dengan optimal sehingga dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan es para pelaku usaha kelautan dan perikanan.
"Mereka (para nelayan) menjadi lebih mudah dalam mendapatkan es dan tentunya dengan harga di bawah harga pasar," bebernya.
"Pabrik es Cisolok menargetkan produksi sebanyak 200 balok es per hari, dengan ukuran 50 Kg/balok, tapi yang dihasilkan sejatinya bukanlah untuk dikonsumsi, karena proses produksi es balok masih belum memenuhi standar sanitasi dan higienis untuk makanan ataupun minuman. Balok es yang dihasilkan hanya untuk mengawetkan ikan, sehingga mutu ikan akan tetap terjaga baik," imbuhnya.
Nunung berharap pabrik es Cisolok ini dapat dioperasionalkan dengan baik oleh calon pengelola pabrik es, sehingga produksi es balok dapat terus berjalan secara kontinu.
"Dengan terpenuhinya kebutuhan es
diharapkan harga jual ikan semakin tinggi, sehingga berdampak pada peningkaan kesejahteraan para pelaku usaha kelautan dan perikanan," ucapnya. (Cr2).