Senada dengan Ajuy, pemilik pengolahan tahu, Ujang (45). Dirinya berharap pemerintah bisa merespon cepat kejadian ini. Dimana tanggul penahan air harus diperkuat atau dipermanenkan.
"Ini biasanya gak begini kalau banjir juga, katanya ada tanggul jebol di atas biasa penahan air tapi hanya bisa pakai bronjong. Mudah-mudahan segera ada pembangunan yang permanen dari pemerintah," imbuhnya.
Ujang pun harus rela semua fasilitas pabrik hilang seperti mesin penggilingan, katel dan barang-barang lainnya. Dirinya penaksiran kerugian mencapai kurang lebih Rp 200 jutaan.
Ujang mengaku, pabriknya sudah beroperasi kurang lebih 5 bulan, sebelumnya juga tidak ada tanda tanda sama sekali air akan masuk dan meluluhlantakkan isi pengolahan Tahu.
"Ini di luar prediksi, pas kejadian semua pada kerja, pada produksi semua, ini bener-bener di luar perkiraan, warung, bangunan-bangunan kecil warga pada hancur ini," bebernya.
Baca Juga: Sungai Cibareno Meluap, Dua Rumah Hanyut dan Belasan Lainnya Terendam Banjir
Kepala Desa Pasir Baru Hidayah mengungkapkan, pihaknya telah melakukan langkah-langkah sebagai bentuk pencegahan dengan mengajukan pembangunan tanggul permanen. Pihaknya sudah membuat proposal dan mengajukannya ke pemerintah daerah melalui dinas terkait.
"Sudah melalui rekomendasi pak camat, ke kabupaten dan provinsi, sebetulnya itu dari awal tahun 2020 kejadian ini sudah terlihat, tetapi tidak ada respon dari pihak pemerintah baik dari kabupaten maupun provinsi maupun pusat," pungkasnya. (Cr2).
