RBG.ID,SUKABUMI - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Sukabumi, akhirnya angkat bicara soal puluhan hektare lahan pertanian sawi caisim di wilayah Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes yang dibiarkan membusuk. Hal itu akibat harga jual yang mengalami penurunan drastis di pasaran hingga mencapai Rp200 per kilogramnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Denis Eriska mengatakan, pihaknya mengaku harga sawi caisim di wilayah Kabupaten Sukabumi, anjlok. Karena, produk pertanian itu bergantung pada adanya supply and demand atau adanya penawaran dan permintaan.
Baca Juga: Petani Sukaraja Mengeluh, Harga Sawi Caisim Rp200 Perak
"Iya, ketika pasokan sayuran di pasar melimpah, dengan otomatis harganya akan turun. Akan tetapi, jika produknya minim di pasaran maka otomatis harganya juga pasti akan naik," kata Denis Eriska dilansir dari Radar Sukabumi (Grup RBG.ID), di Gedung Negara Pendopo Sukabumi, Senin (08/08/2022).
Untuk itu, Denis menilai hal yang terjadi saat ini pada tanaman sawi caisim adalah, ketika over panen di mana-mana atau ramai berproduksi. Maka, hasil panen pada produknya akan membanjiri pasar. Sehingga harga sawi caisim di Kabupaten Sukabumi turun drastis.
"Jadi kalau permintaannya banyak produk atau barangnya sedikit, maka harganya akan naik. Tetapi sebaliknya kalau permintaanya sedikit tetapi barangnya banyak, itu pasti akan naik harganya," paparnya.
Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi menyarankan kepada para petani holtikultura untuk penanaman dapat melihat dari diversifikasi pertanian. Selain itu, dari produk yang ditanam yang merupakan suatu usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian guna menghindari ketergantungan pada salah satu pertanian.