RBG.ID - Banyak sekali hadist yang menjelaskan tentang perintah untuk bersyukur.
Selain dalam hadist, dalam Al-Qur'an juga banyak dijelaskan tentang syukur ini.
Hal ini tentunya menunjukan, bahwa sangat penting bagi kita untuk terus bersyukur atas nikmat yang sudah Allah SWT berikan kepada kita.
Baca Juga: Emma Raducanu Terpaksa Harus Istirahat Sepanjang Musim Panas
Dengan besyukur, maka Allah SWT akan terus menambah nikmat kepada kita.
Berikut beberapa hadist tentang bersyukur.
“Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “wahai anak Adam, bahwa selama engkau mengingat Aku, berarti engkau mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan Aku, berarti engkau telah mendurhakai Aku!” (HR. Thabrani).
Baca Juga: Lionel Messi Hampir Bergabung Dengan Klub Saudi Al Hilal Untuk Kontrak 400 Juta Dolar
“Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR Ahmad dan Baihaqi).
Dari Abu Abdillah a.s, beliau berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang menyantap makanan dengan rasa syukur, maka dia diberi pahala, seperti orang yang berpuasa menjaga dirinya. Orang yang sehat yang mensyukuri kesehatannya, maka dia diberi pahala, orang yang menanggung penderitaan (jasmani)-nya dengan sabar. Dan orang yang memberikan dengan rasa syukur, maka dia mendapat pahala yang sama dengan orang yang menanggung kerugian dari menjaga diri.” (HR. Abu Hurairah dan al-Qudha’i).
"Orang makan yang bersyukur adalah sederajat dengan orang bershaum yang sabar." (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
Baca Juga: Jokowi Ungkap Isi Diskusi Ketum Parpol, Akui Tak Undang Partai Nasdem
“Barang siapa yang diberikan suatu pemberian dan merasa cukup atas pemberian tersebut, maka hendaklah dia membalasnya. Dan jika dia tak merasa cukup maka hendaklah dia memuji, sebab sesungguhnya perbuatan memuji itu merupakan tanda syukur dan barang siapa yang hanya diam saja maka sungguh dia telah kufur.” (HR. Turmudzi).
"Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Tirmidzi).