religi

Mengenal Istilah Megengan, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Menyambut Ramadhan Warisan Wali Songo

Selasa, 25 Februari 2025 | 11:35 WIB
Ilustrasi Megengan: Tradisi Masyarakat Jawa Sambut Bulan Suci Ramadhan (pexels/Konevi)

RBG.ID - Menjelang datangnya bulan Ramadan, di Indonesia terdapat sebuah tradisi unik yaitu Megengan.

Tradisi Megengan sudah populer di kalangan masyarakat Jawa dan menjadi bagian penting dalam menyambut bulan penuh berkah tersebut.

Megengan bukan sekadar tradisi turun temurun biasa. Melainkan sarat dengan makna spiritual, sosial, dan budaya.

Baca Juga: Kaum Mendang-mending Minggir Dulu, Viral Liang Lahat Pemakaman Muslim Capai Rp3 Miliar, Netizen: Itu Kamar Mandinya di Dalam?

Dikutip dari berbaga sumber, istilah megengan berasal bahasa Jawa: megeng, yang berarti "menahan" atau "mengendalikan".

Megengan dapat diartikan sebagai persiapan untuk menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Baik secara fisik maupun spiritual.

Tradisi Megengan biasanya dilakukan pada minggu terakhir bulan syakban, sebagai bentuk rasa syukur seseorang. Bahwa dirinya masih bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadan.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Menelan Sisa Rasa Odol Saat Berpuasa? Apakah Membatalkan Puasa? Ini Kata Buya Yahya

Menurut sejarah, Megengan merupakan tradisi yang diperkenalkan oleh Wali Songo. Megengan telah ada sejak masa Kerajaan Demak sekitar tahun 1500 M.

Tradisi itu mudah diterima oleh masyarakat setempat karena mudah diikuti. Juga masih mempertahankan unsur-unsur budaya yang sedari awal sudah ada.

Megengan memiliki beberapa ritual dan kegiatan yang khas. Mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai Islam.

Baca Juga: Apakah Menelan Sisa Makanan di Gigi Saat Berpuasa Dapat Membatalkan Puasa? Ini Kata Buya Yahya

Berikut adalah beberapa kegiatan yang biasa dilakukan dalam tradisi Megengan:

1. Selamatan

Masyarakat biasanya mengadakan selamatan di masjid, musala, hingga rumah ke rumah dengan mengundang tetangga, kerabat, dan sesepuh desa.

Acara itu diisi dengan doa bersama, tausiyah (ceramah keagamaan), dan makan bersama. Hidangan yang disajikan sering kali berupa makanan tradisional. Seperti apem, kolak, atau ketan, yang memiliki makna simbolis tersendiri.

Baca Juga: Wakil Bupati Bogor Sosialisasi Perbup No 3 Tahun 2025 Secara Virtual, Ingin Dongkrak Pendapatan untuk Bangun Desa

2. Pembagian kue apem

Apem, kue tradisional berbahan dasar tepung beras, menjadi simbol penting dalam Megengan. Kata "apem" diyakini berasal dari bahasa Arab afwun, yang berarti "ampunan".

Dengan membagikan apem, masyarakat berharap mendapatkan ampunan dari Allah Swt dan membersihkan diri dari dosa-dosa sebelum memasuki Ramadan.

Bukan hanya meminta ampun kepada Allah Swt, membagikan apem juga salah satu bentuk permohonan maaf antar sesama manusia.

Baca Juga: Terungkap Sumber Kekayaan Wiwin Komalasari Kades Gunung Menyan yang Viral Hina Nasi Kotak, Ternyata Punya Usaha Ini

3. Ziarah kubur

Sebagian masyarakat juga melakukan ziarah ke makam keluarga atau leluhur. Tradisi itu dimaksudkan untuk mendoakan orang-orang yang telah meninggal. Sekaligus mengingatkan diri sendiri tentang kematian dan kehidupan akhirat.

Mereka juga melakukan pembersihan makam. Agar makam terlihat bersih dan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada leluhur.

4. Bersih-Bersih lingkungan

Menjelang Ramadan, banyak warga yang membersihkan rumah, masjid, dan lingkungan sekitar.

Baca Juga: Rudy Susmanto Turun Gunung, Pastikan Pasien Leukemia di Ciomas Bogor Dapat Pengananan Medis Optimal

Kegiatan itu tidak hanya bertujuan untuk menciptakan kebersihan fisik. Tetapi juga sebagai simbol penyucian diri dan lingkungan dari hal-hal yang tidak baik.

Megengan masih ada dan makin berkembang seiring berjalannya Waktu yang Menunjukkan bahwa nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas masih melekat di zaman sekarang dan harus dilestarikan.***

Tags

Terkini