RBG.id - Pendidikan di Indonesia memiliki perjalanan panjang yang penuh dinamika, dimulai sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Pada masa itu, pendidikan berlangsung secara informal, dengan guru-guru yang mengajar secara langsung kepada murid-murid dari kalangan bangsawan.
Pembelajaran berfokus pada nilai-nilai moral, agama, serta keterampilan yang relevan dengan kehidupan di lingkungan kerajaan.
Ketika penjajahan Belanda dimulai, pendidikan formal mulai diperkenalkan di Nusantara.
Namun, sekolah-sekolah yang didirikan Belanda awalnya hanya diperuntukkan bagi kaum penjajah dan orang-orang Eropa.
Sementara itu, pendidikan bagi pribumi sangat terbatas dan diskriminatif.
Sistem ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri dan administrasi kolonial, membuat masyarakat pribumi tertinggal jauh dalam hal akses dan kualitas pendidikan.
Salah satu tokoh penting yang mengubah sistem pendidikan yang tidak adil ini adalah Ki Hajar Dewantara.
Ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, sebuah lembaga pendidikan yang membuka akses pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang status sosial.
Melalui ajaran “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya peran pendidik dalam mendukung perkembangan murid.
Baca Juga: Saking Menghayati, Jefri Nichol Riset Mendalam dengan Ahli Kejiwaan Demi Berperan Sebagai Jati
Setelah Indonesia merdeka, sistem pendidikan mengalami perombakan besar-besaran untuk lebih merata dan inklusif.