pendidikan

Mengenal Sosok Sarwo Edhie Wibowo Kakek AHY, Jenderal Penumpas Anggota PKI Pasca Gerakan 30 September

Jumat, 27 September 2024 | 18:38 WIB
Sosok Sarwo Edhie Wibowo Sang Penumpas Anggota PKI Usai Gerakan 30 September (X/ @wolcverine @isari68)

Pada tahun 1984, Ilham Aidit kembali bertemu dengan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo dalam sebuah kegiatan pelatihan Wanadri.

Kali ini, Ilham menjabat sebagai komandan operasi, sementara Sarwo Edhie menjadi inspektur upacara.

Baca Juga: Kondisi Terkini Miguel Oliveira Usai Kecelakaan, Resmi Mundur dari MotoGP Mandalika 2024

Meskipun upacara dijadwalkan pukul 07.00 WIB, Sarwo sudah tiba satu jam lebih awal. Ia memanggil Ilham dan mengajaknya berjalan ke balik tebing di Kawah Upas, Gunung Tangkuban Perahu.

Dalam pertemuan singkat selama 10 menit tersebut, Sarwo mengungkapkan bahwa tindakannya pada tahun 1965 hanyalah menjalankan tugas yang ia yakini benar, namun setelahnya ia menyadari bahwa tindakannya salah.

Ilham terkejut mendengar pengakuan itu, namun Sarwo tetap mengulurkan tangan dan mereka berjabat tangan serta berpelukan, sama seperti pertemuan tiga tahun sebelumnya.

Baca Juga: Tidak Live di Indosiar, Ini Link Streaming Persebaya Surabaya Vs Dewa United di BRI Liga 1 2024-2025

ia juga mengingat betapa suara Sarwo bergetar, dan setelahnya ia merasa bisa memaafkan apa yang telah terjadi. Sejak pertemuan itu, keduanya semakin sering bertemu. Sarwo bahkan menjadi ang

gota kehormatan Wanadri dan sering menjadi narasumber dalam pelatihan semangat korps.

Hubungan mereka tetap erat, meskipun tidak selalu bertemu. Menjelang Pemilu Presiden 2004, Ilham bertemu dengan menantu Sarwo, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam sebuah acara yang digagas oleh Aa Gym.

Ilham bercerita kepada SBY tentang pertemuannya dengan Sarwo pada 1981 dan 1984. SBY merespons dengan positif, menyatakan bahwa masa lalu harus diselesaikan dengan bijaksana.

Baca Juga: Jelang Laga Bali United vs Barito Putera: Ricky Kambuaya Bertekad Ambil Tiga Poin

Sarwo Edhie sendiri, menurut Salim Said dalam bukunya Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016), mengalami nasib yang serupa dengan tokoh militer lainnya seperti Letjen Kemal Idris dan Mayjen HR Dharsono.

Setelah dituding hendak mengkudeta Soeharto saat menjadi Panglima Kodam Bukit Barisan, ia dipindahkan ke berbagai posisi yang menjauhkannya dari pusat kekuasaan, termasuk menjadi Duta Besar di Korea Selatan.

Meski begitu, setelah wafatnya, salah satu menantunya, SBY, berhasil menjadi Presiden Indonesia pada tahun 2004.***

Halaman:

Tags

Terkini