RBG.ID - Kualitas Pendidikan di Kabupaten Bogor harus diprioritaskan. Hal tersebut, menjadi perhatian serius Wakil Ketua DPW NasDem Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya.
Menurut Asep Wahyuwijaya, merujuk pada dokumen Jawa Barat dalam angka Tahun 2023, jumlah SMK di Kabupaten Bogor pada tahun 2022 itu sekitar 350-an sekolah, jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah SMA yang menurut data itu pula yang hanya 200 sekolah.
"Saat ini, yang harus kita berikan perhatian sesungguhnya bukan pada jumlah sekolahnya tetapi justru pada bagaimana kualitas pendidikannya di SMK tersebut, yang kalau kualitasnya baik akan berdampak pada juga kualitas lulusannya sehingga pada akhirnya akan berkonsekuensi positif pada kemandirian lulusannya dan semakin maksimal serapan tenaga kerja lulusan SMK," papar Asep Wahyuwijaya yang juga Caleg DPR RI Partai NasDem Dapil Jabar V (Kabupaten Bogor) tersebut.
Lebih lanjut Asep Wahyuwijaya menjelaskan, perhatian penuh kepada kualitas pendidikan di SMK yang mampu membuat jaringan dan melakukan kerja sama (link) dengan perusahaan yang ada di Kabupaten Bogor.
"Karena apa yang diajarkannya selaras (matching) dengan kebutuhan ribuan perusahaan yang ada bahkan menjadikan lulusannya bisa mandiri karena keahlian yang diperolehnya di SMK adalah pekerjaan besar agar tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang biasanya didominasi lulusan SMK bisa diredusir secara maksimal," tutur Asep Wahyuwijaya.
Asep Wahyuwijaya menegaskan, SMK harus menjadi pendidikan yang benar-benar menitik beratkan pada keahlian (skill) tertentu yang relate dengan industri dan kebutuhan pasar.
Sehingga, kata Asep Wahyuwijaya, penekanan pendidikan di SMK ini pada kerja prakteknya yang harus lebih banyak kan? Jadi, yang penting itu memang pada bagaimana bisa memaksimalkan penyetaraan kualitas pendidikan di SMK yang sudah ada dengan kebutuhan di luar sekolahnya.
"Bagaimana keahlian gurunya, fasilitas laboratoriumnya, berjalan maksimal atau tidak proses coaching factory-nya, hal ini yang menurut saya harus diberikan perhatian penuh," jelas Asep Wahyuwijaya.
Apabila muridnya memiliki kualitas keahlian yang sama, sambung Asep Wahyuwijaya, lulusan SMK pun tak harus melulu menjadi pekerja, mereka bahkan bisa saja akhirnya membuka jasa las dan bubut, membuka bengkel motor, membuat usaha sablon serta percetakan bagi lulusan desain, membuat usaha kue atau membuka usaha jahit.
"Barangkali ada yang bertanya, darimana alat-alat atau perlengkapan untuk membuka usaha sendiri itu bisa diperoleh? Lhaa, program pelatihan untuk berbagai macam profesi yang setelahnya diberikan perlengkapan dasar untuk menjadi wirausaha di Kementerian itu kan banyak. Pertanyaannya sekarang, SMK-nya bisa akses ke sana tidak?," tutur Asep Wahyuwijaya.
Asep Wahyuwijaya menekankan, bagaimana pihak terkait bisa memaksimalkan SMK yang sudah ada dan memastikan bahwa proses pendidikannya bisa semakin berkualitas. Sehingga, lulusannya dapat terserap maksimal oleh lapangan pekerjaan bahkan bisa menjadi wirausaha secara mandiri. (*)