Hasil bumi andalan antara lain mutiara, rempah-rempah, kapur barus, kayu, karet, timah, perak, gading gajah, emas dan lainnya.
Kekayaan tersebut jadi daya tarik yang besar bagi para saudagar di China, Persia, India, Arab hingga berbagai negara Eropa lainnya untuk menjalin hubungan dagang sekaligus melakukan transaksi bisnis.
Kerajaan mendapatkan banyak pemasukan dari pajak kapal-kapal dagang yang melintas serta hubungan bisnis internasional tersebut.
Baca Juga: Truk Angkut Rombongan Mahasiswa ITB Terguling di Tanjakan Lembang, Begini Kronologisnya
Kehidupan masyarakatnya pun cukup baik dan sejahtera. Pihak kerajaan pun membangun angkatan laut yang kuat.
Tujuannya, untuk menjaga stabilitas kerajaan serta keamanan sekaligus mengontol pelayaran kapal-kapal niaga.
Hal tersebut, otomatis memberikan keamanan serta kenyamanan pelayaran sehingga mendorong kapal-kapal dagang menyinggahi wilayah Sriwijaya untuk melakukan transaksi perdagangan.
Baca Juga: Tenaga Honorer Resmi Dihapus Pemerintah, Seluruh Jabatan Harus Diisi ASN
Para pedagang menyinggahi Palembang dalam jangka waktu yang lama sebab menunggu pasang surut air laut dan perubahan arah angin.
Hubungan Palembang dengan daerah-daerah lain sejak zaman dahulu yakni hubungan dagang yang berdasarkan perjanjian kontrak. Palembang tak mau menerima monopoli.
Sehatkan bumi
Yang menarik dari Prasasti Talang Tuwo adalah di dalamnya mengisahkan mengenai pembangunan taman Sri Ksetra oleh raja Sri Baginda Sri Jayanasa yang merupakan raja Sriwijaya pada abad ke-7.
Dalam prasasti tersebut juga berisi titah sekaligus amanah raja kepada rakyatnya agar memperindah wilayah permukiman, perkebunan, air, kolam serta lainnya.
Baca Juga: Pecah! Duet Maut Lyodra Ginting dengan DK iKON Bawakan Lagu Sang Dewi sambil Pegangan Tangan
Raja memerintahkan untuk menanam pohon, di antaranya pinang, aren, sagu, kelapa serta lainnya, termasuk bambu, pattum, hingga waluh.