RBG.ID - Mesir telah membahas rencana Bantuan Kemanusiaan dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain, namun menolak segala upaya untuk menyediakan jalan yang aman bagi orang-orang yang meninggalkan wilayah Palestina.
Ada sekitar 2,3 juta orang tinggal di Gaza, sebuah wilayah pantai kecil yang dikelilingi oleh Mesir di Barat Daya dan Israel di Utara dan Timur.
Di bawah blokade yang telah diberlakukan sejak tahu 2007 saat organisasi Islam Palestina Hamas merebut kekuasaan di sana.
Tidak hanya itu, di tengah permusuhan yang paling dalam, Mesir secara tradisional memberlakukan pembatasan masuknya warga Gaza.
Kairo Mesir, merupakakan mediator reguler antara Israel dan Palestina, secara konsisten menuntut agar kedua belah pihak menyelesaikan perselisihan di dalam batas wilayah masing-masing.
Lebih lanjut, Kairo juga juga mengklaim jika ini adalah satu-satunya cara bagi Palestina untuk mencapai tujuannya.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Menentang Kejahatan Perang Israel Terhadap Palestina
Menurut Amerika Serikat, gagasan perjalanan yang aman bagi warga sipil dari Gaza yang telah menjadi sasaran besar Israel sebagai tanggapan atas serangan mematikan militan Hamas di Israel.
Hal itu telah dibahas dalam konsultasi antara pihak Amerika Serikat, Israel dan Mesir oleh Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivian pada Selasa (10/10/2023) waktu malam.
Adapun sumber keamanan yang tidak disebutkan namanya, mengatakan Mesir menentang gagasan menciptakan jalur yang aman bagi warga sipil untuk menjaga
"Hak rakyat Palestina untuk mempertahankan perjuangan dan tanah mereka."
Baca Juga: Korea Utara Mengkritik Israel Akibat Pertumpahan Darah Di Gaza, Singgung Negara Palestina Merdeka
Pengungsi Palestina yang meninggalkan rumah mereka pada tahun 1948 ketika Israel didirikan saat ini dan ditempatkan di kamp-kamp di sejumlah negara Arab.
Artikel Terkait
Presiden Rusia Vladimir Putin Kritik Amerika Serikat atas Krisis Palestina Israel
Iron Dome Israel Ditaksir Rp1,56 Triliun, Begini Spesifikasi dan Cara Kerjanya