GoTo, seperti layaknya perusahaan besar lainnya, perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan perusahaan menghadapi tantangan ke depan.
"Karena itu, perusahaan harus mengakselerasi upaya untuk menjadi bisnis yang berdikari secara finansial dan tumbuh secara sustainable dalam jangka panjang,” ujarnya.
Andre menyebutkan, GoTo tengah beradaptasi untuk maju. Perusahaan harus mengelola beban operasional dan memastikan bisnis terus agile untuk mencapai tujuan.
”Kita telah bersama-sama mengencangkan ikat pinggang dalam banyak aspek, termasuk biaya variabel dan biaya operasional. Selain itu, tim manajemen dan saya juga sepakat untuk mengembalikan sebagian gaji kami untuk mendukung langkah penghematan tersebut. Sayangnya, semua ini belum cukup,” paparnya.
Menanggapi fenomena tersebut, Direktur Eksekutif Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, gelombang PHK digital disebabkan oleh tekanan makro-ekonomi yang cukup berat pascapandemi.
Mulai dari kenaikan inflasi, tren penyesuaian suku bunga, pelemahan daya beli, risiko geopolitik dan model bisnis yang berubah signifikan.
”Pascapandemi awalnya diharapkan akan terjadi kenaikan jumlah user dan profitabilitas layanan yang kontinyu.
Sebaliknya, harapan mulai pupus ketika konsumen terutama di Indonesia dan negara Asia Tenggara berhadapan dengan naiknya inflasi pangan dan energi sekaligus, sehingga mengurangi pembelian barang dan jasa melalui layanan platform digital,” ujar Bhima.