RBG.id - Dikenal sebagai negara produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia, Holding Perkebunan Nusantara mendorong pembentukan bursa berjangka dalam negeri yang sedang digemborkan pemerintah lewat Kementerian Perdagangan.
Dwi Sutoro selaku Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menyebut jika Indonesia sudah semestinya mempunyai harga acuan sendiri sebab masih memakai CPO internasional price untuk acuan harga CPO domestik.
"Sering tidak membuat keseimbangan penawaran dan permintaan di dalam negeri, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan harga CPO dalam negeri," jelasnya dalam seminar 'Strategi Indonesia Menjadi Barometer Harga Sawit Dunia' di Jakarta, kemarin, Kamis (2/3).
BACA JUGA: Tidak Perlu Jual Aset, CIMB Tawarkan Portofolio Investasi Sebagai Agunan Pinjaman
Ia menilai jika bursa yang ideal merupakan bursa yang mempunyai fungsi lengkap sebagai price reference, price discovery, serta hedging dari proses yang efisien, transparan, terpercaya, dan fair.
Oleh karena itu, ide membentuk tata niaga komoditi CPO Indonesia lewat pengembangan bursa CPO ini harus didukung dan didialogkan sebagai tahapan upaya menjadikan Indonesia sebagai barometer sawit dunia.
Tercatat, ada 4 aspek yang wajib tercangkup dalam pembentukan tata niaga sawit.
BACA JUGA: Keciduk Suka Flexing Barang Mewah, Kemenkeu Cabut Jabatan Kepala Kantor Bea Cukai Jogjakarta
Keempat aspek tersebut di antaranya, aspek efisiensi, keberlanjutan, nilai tambah, serta keadilan.
"Keterlibatan pemerintah, BUMN, dan swasta, diharapkan bisa menciptakan sinergi yang positif dalam mendesain tata niaga sawit Indonesia yang adil, efisien, transparan, dan terpercaya," tutur Dwi.
Sehubungan dengan itu, Musdalifah Mahmud selaku Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian mengungkapkan jika terwujudnya Indoneisa sebagai barometer harga sawit dunia ini tidak hanya sebatas cita-cita, namun juga diupayakan akan segera tercapai.
BACA JUGA: Naik Rp 1.000, Berikut Daftar Harga Emas Batangan Antam Hari Ini, Jumat, 3 Maret 2023
"Tetapi insyaallah akan segera tercapai," jelasnya.
Lebih lanjut, Musdalifah mengungkapkan jika Indonesia telah berkontribusi sebesar 55 persen terhadap minyak sawit dunia dan 42 persen terhadap minyak nabati dunia.