Sebab, Idris menilai gedung sebelumnya memang tak layak membahayakan keselamatan para siswa. “Untuk yang SD ini kami juga sudah merencanakan pembelian lahan, untuk kami bangunkan sekolah yang lebih representatif daripada di pinggir jalan yang membahayakan, itu yang kami pikirkan,” bebernya.
Idris meminta, orang tua murid SDN Pondok Cina 1 untuk bersabar. Karena sebelumnya, sejumlah orang tua murid SDN Pondok Cina 1 menolak anak-anak mereka dilebur dengan sekolah lain.
Sementara, Anggota Komisi X DPR RI, Nuroji mengatakan, keputusan Pemkot Depok menutup SDN Pondok Cina 1 itu tidak tepat. Sebab, keputusan itu merugikan murid yang tengah menimba ilmu pada sekolah tersebut. Dia lebih menganjurkan Pemkot Depok untuk menutup salah satu toko di Jalan Margonda Raya, Kecamatan Bejii untuk membangun Masjid Raya daripada harus mengorbankan sekolah.
“SDN Pondok Cina 1 saya belum tahu kenapa SD itu ditutup, kalau memang alasan untuk membuat masjid itu tidak biasa. Artinya pemerintah tidak adil membangun masjid, menutup sekolah. Kalau menutup ruko atau kantor-kantor lain mungkin bisa itu pun juga prosesnya tidak seperti sekarang sekolahnya masih belajar sudah diambil peralatannya,” jelas dia.
Menurut Nuroji, pembangunan Masjid Agung atau Raya membutuhkan lahan setidaknya satu hektar. Sedangkan, lahan SDN Pondol Cina 1 hanya memiliki luas sekitar 1.600 meter persegi yang sudah pasti untuk membangun lahan parkir pun tidak cukup.
“Kembali ke sekolah itu menurut saya, tidak adil ditutup gara-gara membangun masjid. Kecuali memang sudah tidak efektif lagi untuk mergernya. Misalnya, siswa kurang, guru kurang itu biasanya pemerintah berhak untuk menutup atau menggabungkan,” terangnya.
Apalagi, kata dia, Pemkot Depok juga melakukan kelalaian sebelum sekolah itu ditutup. Pasalnya saat sekolah masih beraktifitas, Pemkot Depok justru membangun trotoar yang lebih tinggi daripada lantai dasar sekolah tersebut. Sehingga, murid berserta orangtuanya mengalami kesulitan ketika mengakses masuk ke sekolah tersebut.