RBG.id, DEPOK – Gonjang-ganjing peralihan penggunaan gas elpiji 3 kilogram (Kg) alias si melon menuju kompor listrik, mendapat respon dari pengusaha maupun pedagang bakso dan mi ayam di Kota Depok.
Umumnya, semua menolak dengan kebijakan pemerintah, karena dinilai bukan solusi membantu pedagang dalam meningkatkan usahanya. Hal ini setelah Harian Radar Depok (grup RBG.id) menggali informasi ke beberapa pedagang, Rabu (21/9).
Pemilik Kedai Bakso dan Mi Ayam Condong Raos di kawasan Depok Timur, Tarmi mengaku, keberatan dengan kebijakan tersebut meski belum ada penjelasan secara rinci terkait kebijakan itu.
Baca juga:Siap-siap, PLN Segera Sebarkan 5 Juta Kompor Listrik 1.000 Watt
“Kalau saya tidak setuju atau keberatan dengan adanya kebijakan itu. Saya menolak bukan tanpa alasan, ada beberapa poin yang menjadi alasan saya,” jelasnya saat diwawancarai di kedai dagangannya, di Jalan Gede, Kecamatan Sukmajaya.
Alasan pertama, dijelaskan Tarmi, soal biaya listrik yang tentunya akan membengkak. Karena penggunaan watt yang akan naik secara drastis dalam segi tagihan setiap bulannya, karena adanya pemakaian yang intensif setiap hari.
Perlu diketahui, Kedai Bakso dan Mi Ayam Condong Raos dalam pengeluaran kebutuhan listrik harus merogoh kocek hingga Rp1 juta untuk satu alat meteran listrik. Sedangkan di lokasi usahanya ada sekitar tiga sampai empat meteran listrik.