Namun demikian, isu keterlambatan pengerjaan karena adanya perubahan desain ini seharusnya tidak berpengaruh pada target selesainya pekerjaan sesuai yang tertera dalam kontrak. “Hampir 90 persen berubah, gerbang berubah, berapa bagian bangunan juga berubah,” tukas dia.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim angkat suara terkait keterlambatan pengerjaan proyek Bumi Ageung Batutulis. Di mana, pekerjaan ini sendiri masuk ke dalam 10 mega proyek Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pada tahun anggaran 2023.
Dedie menyebut, proyek Bumi Ageung sempat mengalami hambatan terkait dengan perpustakaan dan design referensi arsitektur Sunda.
“Kalau misalkan referensi buku-bukunya tersebar dan banyak tentu kita akan gampang ya, (tinggal) kita mengadopsi dan mengimplementasikan,” kata Dedie A Rachim kepada wartawan, Senin (21/8/2023).
“Tapi karena memang literasinya sangat terbatas maka lebih banyak muncul misalkan diskusi-diskusi dan juga penggalan-penggalan sejarah, yang kemudian di elaborasi menjadi satu usulan untuk arsitektur di Bumi Ageung Batutulis,” sambung Dedie A Rachim.
Disinggung apakah perubahan design proyek Bumi Ageung Batutulis cukup dominan, Dedie A Rachim menyebut, perubahan ada, namun hanya sedikit.
Meski begitu, design saat ini masih sama tujuannya, hanya mungkin ornamen, bentuk dan penempatan yang sedikit berbeda.
“Ada perubahan-perubahan sedikit lah, tidak terlalu banyak kok, hanya mungkin ornamen, bentuk dan penempatan yang sedikit berbeda. Kalau konsepnya Sunda lah,” imbuh Dedie A Rachim.
Meski begitu, diyakini Dedie A Rachim, pihaknya optimis pengerjaan proyek Bumi Ageung Batutulis dapat selesai pada tahun ini. Sebab, pembangunan yang dilakukan hanya ada beberapa lokal gedung, dan selebihnya lebih ke outdoor seperti taman dan ornamen-ornamen yang sifatnya tidak terlalu berat.(ded)